Kata insomnia bagi mereka yang suka menenun kata baik itu seorang peneliti, penemu, penulis cerita atau seorang penulis puisi menjadi punya konotasi yang
bebas atau bahkan bermakna sebuah kesempatan melakukan kontemplasi. Karena
malam hari kerapkali menjadi ketenangan yang terlalu indah untuk dilewati dengan hanya
sekedar tidur.
Bagi para pemikir atau para sufi insomnia menjadi punya dimensi lain. Mereka bahkan memilih untuk susah tidur di malam hari. Waktu yang berharga bagi mereka ternyata ketika lebih banyak terjaga. Bukankah kalimat "Bila sudah selesai dengan satu pekerjaan maka kerjakanlah pekerjaan lain" itu bukan jimat. Melainkan sebuah rujukan bahwa ada yang tak pernah istirahat.
Bisakah mahluk seperti kita ini seirama dengan "yang tak pernah istirahat"? Pertanyaan yang mengusik teori kesehatan kalau tidur yang sehat itu 7 jam. Jangan-jangan yang menemukan teori tentang tidur yang sehat juga menemukan teori ini dengan begadang. Sebab seorang penemu jenius sekelas Leonardo Da Vinci ternyata punya prinsip "semakin sering tidur, semakin banyak hal yang akan hilang dalam hidup".
Dalam kaidah kedokteran insomnia termasuk katagori penyakit, yaitu susah tidur di malam hari. Cara penyembuhan dengan konsumsi makanan yang alami. Ini nampaknya harus jadi pilihan pertama, karena jelas terbebas dari efek samping. Atau kalau mau lebih ekstrim dengan terapi urine, alias pengobatan dengan cara meminum air kencing sendiri.
Gusti Alloh telah mengilhamkan dua pilihan kepada manusia antara kefasikan dan ketakwaan. Kalau kedua hal tadi disederhanakan menjadi dua pilihan antara tidur dan banyak tidur tentu orang yang giat bisa menjawabnya. Apalagi kalau kita masih ingat wasiat tuhan kepada manusia tentang khalifah.
Menurut bahasa saja khalifah punya arti menggantikan atau menempati tempatnya. Ketika para malaikat menggugat soal ini dengan mengatakan "Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah. Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau"
Gusti Alloh menjawab, "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui"
Apakah karena manusia punya pilihan bebas, sehingga makhluk lain tak bisa mengetahui maksud tuhan menciptakan manusia? Burung tempua atau manuk manyar membuat sarang dengan konsisten sehari penuh dan hasilnya luar biasa. Burung tempua merupakan salah satu burung dengan sarang yang indah. Tapi apakah tempua pernah berfikir membuat apartemen mahal yang lebih nyaman?
Manusia dulu hidup nomaden, berpindah-pindah, kemudian menempati goa-goa, menetap dengan rumah dari kayu pohon. Sampai sekarang tak pernah puas melakukan perubahan untuk tempat tinggalnya. Padahal kondominium dan apartemen nyaman yang indah sudah mereka bangun. Dinamika manusia tetap luar biasa.
Membuat sarang yang rapuh saja manyar melupakan tidur siangnya. Apakah bisa manusia membangun peradabannya dengan lebih banyak tidur? Sejumlah perubahan gaya hidup manusia diciptakan oleh para pemikir atau penemu yang diyakini jam tidurnya sebentar. Gaya hidup yang membuat manusia makin nyaman dan terus diupayakan ramah lingkungan.
Maka di bulan puasa kita mengenal itikaf. Ibadah yang dilakukan pada 10 hari terakhir bulan puasa ini secara etimologi, berarti berdiam diri di dalam masjid untuk beribadah kepada Allah yang dilakukan dengan tata cara tertentu disertai dengan niat.
Di 10 hari terakhir ini ada malam lailatul Qadar. Malam lailatul qadar juga disebut sebagai malam seribu bulan karena amal ibadah yang dilakukan pada malam ini akan memberikan kebaikan yang lebih baik dari ibadah selama seribu bulan.
Malam lailatul Qadar tentu tidak akan diberikan pada manusia yang sedang mendengkur, namun manusia yang tidak bisa tidur karena beribadah kepada tuhan. Hadiah kebaikan yang lebih baik dari ibadah selama seribu bulan itu teramat menggiurkan kalau dibanding umur kita.
Mirip sedekah jariyah yang memberikan pahala terus-menerus walaupun orang yang bersedekah tersebut telah meninggal dunia. Para penemu yang penemuannya dipakai terus dan bermamfaat bagi orang lain tentu termasuk kelompok yang beruntung ini.
Apakah karena kebaikannya sama dengan sedekah jariyah, itikaf juga harus menghasilkan sesuatu yang berguna bagi orang lain?
Wallahu a'lam bish-shawabi.
Comments