Semua platform sepertinya tidak jauh berbeda. Urusan cari uang di medsos tentu jadi mendadak seleb, kebanyakan pikiran kotor, ingin cari uang secara gampang. Jadi mirip korupsi juga, lumayan makan energi, denyut jantung sudah dipastikan berada di atas rata-rata. Mabuk harta memang nadanya jedak jeduk, mengimbangi pusing pala berbi.
Tapi itu awalnya saja, setelah itu jantung tenang. Karena mulai terbiasa. Jantung mulai beradaptasi dengan nutrisi tidak sehat, tidak meronta lagi. Mungkin jadi imun dari perasaan dosa. Penumpukan racun seperti itu sama saja dengan membuat cerita tua kita seru dengan penyakit jantung. Akibat sudah sering memaksa jantung bekerja dalam suasana was-was.
Jadi kalau mau aktif di medsos seperti orang korupsi seperti itu sah sah saja. Ingin limpahan uang secara gampang tidak ada yg melarang. Toh di dunia yang penuh hak azasi ini segala hal bisa jadi komoditi.
Muter dulu
Sempat bertanya ga, mengapa semakin orang ngerti dan mampu membeli makanan empat sehat lima sempurna, malah penyakit di planet bumi ini makin rumit? Memang di zaman kita ini mulai haram banyak bertanya. Bisa jadi sesat di jalan. Ditertawakan ga punya kuota. Mampus ga bisa buka google.
Biar orang menyesatkan sharing seenak udelnya, lembaga internet ini wellcome-welcome aja. Kan dunia memang sedang dibuka sebagai pasar bebas. Lihat aja dagangan HAM (Hak Azasi Manusia) bak jualan kacang goreng.
Memang setelah sekian abad dijajah, negara-negara yang kini merdeka sedang sibuk memberi nutrisi yang baik sama rakyatnya. Hingga lupa klo kemerdekaan mereka diperjuangkan oleh pahlawan-pahlawan yang kelaparan. Makanya ga ada kan yang jualan semangat merdeka. Takut kelaparan dan disuruh bergerilya masuk ke hutan.
Amit-amit ga ada sinyal.
Jadi selama ini kita memang belum mampu merobohkan setan yang berdiri mengangkang. Meski begitu lagu "Bongkar" Iwan Fals masih enak di dengar. Cuma sepertinya bahasa mengangkang bagi setan jadi genit ya.
Kita tak mampu merobohkan setan yang se seksi itu.
Buktinya meski udah diserem-seremin lewat film horor kita yang ratingnya makin melambung, setan tak pernah benar-benar serius kita perangi. Film horor kita kan bukan film propaganda perang. Apalagi perang sama setan yang berdiri mengangkang.
Linu menyerang ke arah situ.
Setan sudah diwisuda
Setan memang sudah diwisuda penuh tipu daya. Ga main main yang ngasih ijazahnya kitab suci. Bukan KUHP kita yang berpuluh tahun menggunakan kitab warisan penjajah. Giliran dirubah biar mandiri, malah jadi ribut. Kelamaan dijajah kelewat sakit malah keenakan, rekor 350 tahun dijajah susah cari tandinganya.
Jepang memang sial baru 3,5 tahun dapat jatah menjarah sudah dihukum bom atom. Budaya jepang yang dasyat dipertahankan masyarakatnya yang membuat mereka bangkit setelah diluluh lantakan, ga keburu diterapkan di Indonesia. Padahal tentara heihonya meski baru seumur jagung pada jago perang gerilya, mempertahankan kemerdekaan.
Jadi kemerdekaan itu merdeka dari apa? Dari bule yang punya perusahaan bernama VOC, yang mampu bawa tentara bayaran? Kan aneh kalau sekedar gitu bisa mencabik-cabik budaya kita, menjadi kepingan kerajaan-kerajaan kecil dengan raja-raja konyol yang cuma haus kekuasaan. Beda dikit kerajaan pecah.
Kerajaan berbudaya macam apa gampang banget diadu domba? Internet belum nongol, mental instan ngebut duluan.
Waktu Hiroshima dan Nagasaki dibom atom, Jepang diramalkan akan susah bangkit selama 70 tahun. Nyatanya, Openheimer ga usah termehek-mehek nyesel bikin bom iblis yang dijatuhkan di kedua kota itu, belum 70 tahun jepang membuat perusahaan mobil di Amerika kalang kabut karena mobil Jepang lebih murah dan awet bbm.
Negara bisa luluh lantak tapi budaya adalah ruh yang gaib, yang ga bisa hangus dibakar radiasi bom atom. Dia bisa segera menclok lagi. Budaya nenek moyang, budaya leluhur yang pintar berbicara dengan alam. Sehingga alam mencintai dan mendukungnya.
Kalau etos kerja sudah jadi budaya, urusan ganti casing mah gampang
Maka Yamaha semakin di depan. 70 tahun malah sudah gaspol. Banzai....
Budaya orisinal
350 tahun dijajah itu tak menjamin budaya kita seorisinal jaman Prabu Jayabaya. VOC itu bukan perusahaan ece-ece. Dia bukan kurcaci melainkan kurcaca. Pasti hapal kalau di Indonesia pernah malang melintang kerajaan-kerajaan yang adil makmur loh jinawi. Kalau sekedar bawa tentara yang bisanya cuma garang menerjang, alamat ga bisa balik modal dan bayar hutang ke Amerika.
Jadi usang banget, kalau kita masih ngomongin heroiknya para pejuang kemerdekaan yang berdarah-darah memperjuangkan kemerdekaan. Naif. Mau terus ngejogrooog disitu, baperan dalam romantisme bergerilya di hutan sambil menyanyikan "Sepasang mata bola"? Generasi kita sekarang nonton sepakbola eropa dengan histeris, cuy. Mereka kenal betul bintang sepak bola eropa dan berapa nilai transfer para bintang itu.
Generasi sekarang kenal pahlawan pejuang kemerdekaan dari uang kertas. Biar mereka ngerti, betapa susahnya merebut kemerdekaan. Bisa sama stresnya seperti mencari uang. Begitu?
Ya sudah atuh to the point, bahwa semua drama ini UUD. Biar lihay noh seperti voc, bayar tentara setelah bayar orang pintar yang tahu budaya Indonesia. Luluh lantakkan dulu budayanya. Kalau sudah begitu niscaya kalah mental. Tentara kompeni tinggal jaga pos, pribumi sudah kayak maling di kampungnya sendiri.
Susah sadar kalau merdeka itu tak seluas daun kelor. Sudah kedodoran peresis kolor. Kan yang namanya perusahaan dagang dari dulu juga nyari duit. Bukan melulu membuat tangsi tentara. Jadi ga pake tentara pun dagang harus jalan terus. Dulu VOC sekarang lebih kompak jadi MEE.
Pinter kan ?
Dulu para priyayi tetap dijaga kepriyayiannya asal manut ke kerajaan Belanda. VOC ga usah kotora-kotoran berurusan dengan inlander biar diurus para priyayi saja. Kan jelas ekonomis. Makanya ada yang bilang. Mending dijajah Inggris daripada Belanda, kerajaan kere yang sibuk ngeruk rempah-rempah kita buat membendung laut biar ga banjir mulu.
Dasar saking terlalu lama terjajah malah mengoleksi penjajah pake milih-milih segala. Memang tidak mudah membuat revolusi mental. Bisa kelamaan ngurusnya, generasi berikutnya keburu bangga bisa sekolah ke Belanda.
Sampai disini ngerti kan kenapa judulnya facebook dan tiktok malah ngelayap ke voc?
Sama-sama cari duit !
Kalau masih bingung atau sudah mengerti lanjutkan saja ke VOC yang FYP
Comments