Dulu di matamu yg teduh itu, aku melihat matahari pagi
Embun yg menggantung di dedaunan
Burung yg bercengkrama di dahan
Mencari makan dan membuat sarang
Ternyata kau sendiri tidak melihat itu
Kau hanya meredupkan mata
Agar padang liar yg tak pernah bisa kau taklukan mudah disembunyikan
Jauh di lubuk fatamorgana
Kini aku terkesiap
Cinta yg indah itu begitu rapuh, bagai sebuah bungkus
Labirin yg tipis
Membalut padang pasir yg panas, gersang dan badai pasir yg ganas
Kau cekikan dalam kegelapan itu
Seluruh panca indraku tak berdaya meraihmu
Kau menyapunya dengan sumpah serapah
Aku adalah anjing bagimu
Yg harus menjilat
Menjulurkan lidah agar kau segera melempar tulang yg dagingnya telah kau nikmati dgn karib-karibmu yg renyah
Dalam senyapku aku mendengar tangisanmu
Sayup-sayup dibalik gemuruh badai yg kau aduk-aduk sendiri
Menyerang tubuhku
Mengeluarkan amarahku
Meluluhlantakkan sifat fanaku
Lalu aku surut dalam diam
Malam-malam panjang tanpa jawaban
Hening dalam senyap
Segala doa hanyalah harapan cinta yg sudah bertepuk sebelah tangan
Di matamu tanah kita sudah kering,
meski sudah deras dengan hujan air mata
Maka aku hanya berbicara dengan senyap
Karena hidup hanyalah berdenyut
Tanpa suara
Comments