Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2013

Rindu Di Pucuk-pucuk Pohon

Ikhwal wanita memang dikejar dan diperebutkan. Ada juga yang memang sengaja mengobral pesonanya hanya untuk menjebak. Aneh juga banyak kaum adam yang terjebak. Dan jadi berkelakuan menggelikan bahkan tidak jarang siap berdarah-darah. Gundah dalam badai seperti itu bukan main kacaunya, tak lagi jelas rimdu atau dendam. Tapi bila cerdas bisa jadi potensi yang progresif.  Kemegahan alam semesta ini dibangun sepenuh cinta.  Rindu dan dendam telah menjadi variabelnya. Rindu Di Pucuk-pucuk Pohon Akhirnya rindu itu terjawab ketika kau menyapa, tapi selalu saja menyimpan tanya  Dimana gerangan kau simpan kupu-kupu di matamu itu?  Yang kerap menjebak rinduku  dilautan  di angin yang berdesau  bahkan kulihat di pucuk-pucuk pohon  aku tahu kau membiarkanku tak bisa menjangkau 31 Januari 2013

Katamu

Tak mudah menemukan cinta karena tak jarang yang pertama hadir justru benci. Padahal hanya bersebelahan. Selalu bisa membuat pintu untuk saling melihat. Paling tidak pasti ada lubang untuk mengintip. Hanya dipisahkan oleh dinding tipis anatomi tubuh yang rentan karena bisa menua. Atau ego yang membabi buta dan terlalu memaksakan diri untuk menutupinya. Kerapkali kita tak membaca tanda-tanda yang jelas dari gemulai alam semesta. Setiap hari memberi kepastian. Tiap waktu memberi kejelasan ada sesuatu yang kuat sedang menjaga hukum-hukumnya. Dalam air hujan bersama titik-titik air Kau jatuhkan cinta Dulu aku tak mengerti sampai kau menebarkan pelangi Aku punya banyak pensil gambar, katamu Kini aku melihat hujan penuh dengan titik warna-warni seperti pensil warna  yang tajam menusuk hatiku Itulah cinta , katamu

Pernahkah Kau

Alam bagi seorang penulis puisi menyediakan banyak bahan untuk mewakili emosi dan perasaannya. Pernahkah kita mempertanyakan mengapa ketika terjadi hujan badai ada perasaan takut dalam diri kita. Mengapa ada pagi hari yang memberi perasaan segar? Mengapa ada malam yang membawa rasa kantuk dan menyelimuti kita dalam istirahat? Apakah semua mahluk ini sebenarnya satu rasa atau satu tujuan? Atau secara ekstrim kita berfikir, bahwa semua yang nampak ini adalah eksfresi dari sang maha pencipta. Di perjalanan ini kita sedang tak henti-hentinya diberi pelajaran tentang emosi, tentang nafsu, tentang diam. Tentang ketenangan yang bisa dibangun bahkan dari kekacauan. Kita terlalu pandir kalau menganggap kebenaran itu hanya dari ayat-ayat yang tertulis. Selain kita lebih banyak mengantuk membacanya, kita lebih sering menganggap tulisan itu juga jimat, malah mungkin berhala. Dulu waktu kecil ada yang mengajarkan kalau ayat-ayat tertulis itu dibakar dan dijadikan segelas kopi lantas diminum, kit

Kau 3

Bertepuk sebelah tangan. Cinta tak terbalas. Kesakitan seperti itu sangat hebat, karena  kekerasan hati jadi melepuh lalu tiba-tiba saja lahir kata-kata indah. Lihat saja tragedi seperti itu bukan jadi bencana bagi seorang penyair. Banyak tema lagu lahir karenanya. Konsep Tuhan yang maha pengasih dan penyayang akan makin sukar kalau sekedar dibacakan, semerdu apapun bacaannya. Tuhan hanya dihadirkan disitu tentu saja diapun tak beranjak. Bukankah Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum kalau kaum itu sendiri tak merubahnya.   Selalu saja tak ada yang sia-sia dari semua yang terjadi. Hikmah akan di dapat kalau ada usaha keras meyakini semua yang Dia berikan kasih sayang semata.  Ketika kita ingin jadi yang terbaik, maka niscaya harus ikut uji kelayakan. Ujian yang bertubi-tubi membuat kita pandai dalam berbagai soal. Kau 3 Aku harus merinduimu seperti angin karena hanya bisa kubaca dalam setiap musim dan tumbuh dalam setiap biji yang ditanam Aku harus merinduimu seperti angin agar aku

Arti Mimpi

Bulan yang mengajarkanku mimpi - mimpi Tentang alam semesta yang terjaga Tapi aku tak bisa mengajaknya berlari, karena malam sanggup menghitung bintang sendiri 8 Januari 2013

KEPASTIAN YANG TERTUNDA

Ketika kematian nyata tak bisa ditolak, masihkah itu sesuatu yang kebetulan? Kalau kebetulan mengapa semua mahluk mengalaminya? Bukankah ada ketentuan besar yang tak bisa dirubah. Kematian adalah kepastian yang tertunda, jawab saja dengan tanda di kening kita bekas sujud di sajadah alam semesta Kepastian yang Purba Dari Mata yang Kosong

Kita tetap satu kata

Persahabatan walau bagaimanapun membawa peluang yang seimbang antara negatif dan positif. Kesadaran atas adanya dasar-dasar etika harus di usung, karena kedekatan bisa menghilangkan kesadaran adanya batas yang mesti dijaga. Pelanggaran yang dianggap tidak seberapa akan mampu merusak tujuan persahabatan. Alih-alih silaturahmi malah yang terjadi kerusakan. Karena kita adalah satu kata Maka mulailah mengeja hurup-hurup Dan segera membuat paragrap Kita menjadi cerita yang ceria kisah cinta yang romantis atau film laga Atau curahan air mata dalam sujud alam semesta Kita tetap satu kata tempat matahari bertahta rindu untuk dermaga Ketika kita menemukan kertas kosong Rindu itu kawan

Langit Menjadi Garang

Sangkuriang yakin wanita yang dia cintai itu bukan ibunya. Tapi kenyataan lebih pasti kalau gadis yang dia cintai memang ibunya. Yang nonton kadung sudah tahu kalau cerita sangkuring memang seperti itu. Penonton tidak bertanya mengapa sesakti itu Sangkuriang tidak waspada terhadap perasaan kasmarannya. Penonton juga pasti tidak mau kalau harus hanyut dengan keyakinan Sangkuriang. Apalagi penonton begitu yakin aib apa yang akan terjadi kalau sampai anak menikahi ibunya. Jadi Sangkuriang terpaksa harus dibuli oleh keyakinan dan harapan penonton. Kalau kita sudah kadung dimakan cerita apalagi itu sebuah legenda, masih mungkinkah kita mencoba menyebrang atau menyelami kemungkinan lain, kasarnya berpihak pada Sangkuriang? Paling tidak mempertanyakan mengapa kemarahan Sangkuriang sampai bisa menendang perahu besar hingga menjadi gunung tangkuban perahu? Yang jelas sangkuriang juga tak kalah yakinnya dengan Dayang sumbi yang bisa mempercepat munculnya fajar sebelum sangkurian