Skip to main content

Posts

Showing posts with the label PUISI

Hadiah Persahabatan

Pepatah Tiongkok mengatakan, mempunyai sahabat seribu saja terlalu sedikit namun mempunyai musuh satu saja terlalu banyak. Manusia adalah makhluk sosial, kata Aristoteles, filsuf yang hidup 384- 322 sebelum masehi. Sudah sedemikian lama manusia mengenal dirinya sebagai makhluk sosial.  Mungkin sudah pada lupa hingga diingatkan lagi oleh Kamus Besar Bahasa Indosia( KBBI), bahwa makhluk sosial adalah manusia yang berhubungan timbal balik dengan manusia lain.     Persahabatan Dalam Politik Bukan kebetulan tulisan ini digali lagi dari kuburan blog tahun 2016 bertepatan dengan bebasnya seorang tokoh politik kawakan yang dibesarkan Himpunan Mahasiswa Islam( HMI) dari Lapas Sukamiskin, Anas Urbaningrum.  Begitu serunya ingatan kita ketika mengikuti persidangannya dulu. Satu rupiah saja Anas korupsi di Hambalang, gantung Anas di Monas, begitulah katanya, ketika dia masih jadi ketua umum partai Demokrat dan mulai terseret korupsi di Hambalang.    Kariernya yang sedang di puncak dan kebesaran

Aku Lelah Mengejar Cinta, Puisi Mantra Cinta

Mantra kaya dengan gaya bahasa metafora dan hiperbola. Dalam agama hindu lebih merupakan doa. Mantra di kepala kita adalah kata-kata yang bisa merubah sesuatu secara gaib atau tidak biasa. Mantra merupakan kekayaan sastra yang dikenal sebagai puisi lama. Apa hubungannya puisi yang sering dipakai merayu ini dengan mantra yang lebih merupakan doa? Dinasti Puisi Bila puisi dikaitkan erat dengan sejarah puisi lamanya, kemungkinan puisi tidak bernasib "kesepian" seperti sekarang ini. Mantra memang berisi kata-kata yang kadang tidak berarti. Namun diucapkan oleh  orang tertentu, karena mantra merupakan  kalimat yang mengandung kekuatan gaib atau magis. Puisi oleh karena dinasti mantra seyogyanya punya khasiat yang sama. Paling tidak, bisa mengobarkan semangat seperti pidato Bung karno. Tapi apa mau dikata puisi telah bebas disampaikan dengan kalimat yang berisi kata-kata apa saja.  Kalau kemudian terjerembab dalam wilayah curhat atau kalimat cengeng yang baru saja putus cint

Musafir Dusta, Puisi Jati Diri

Kalau percaya dibumi ini segalanya berpasangan, maka kepercayaan alami ini mampu bicara banyak. Terutama soal pentingnya mengendalikan diri. Kalau pemarah tentunya ada pilihan menjadi penyabar. Takarannya pasti sama. Tinggal mau pilih yang mana, kita diberi kekuasaan penuh untuk memilih.  Ini tersurat dalam kitab suci. Hukum Kausalitas Setelah itu kita juga tahu ada hukum kausalitas. Hukum yang menghubungkan sebab dan akibat dari satu, dua atau lebih dalam peristiwa sejarah. Sederhananya kalau ada akibat tentu saja karena ada sebab. Kata peribahasa "tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api". Dan sejarah terkait erat dengan pelaku sejarah, seorang pribadi, aku kecil, yang tidak mungkin terlepas dari hukum sebab akibat. Disinilah sebenarnya drama kehidupan itu terjadi. Ketika seseorang melakukan sesuatu dia sebenarnya tahu apa yang akan terjadi kemudian. Siap atau tidak dia akan menghadapi itu. Keyakinan tidak ujug-ujug stabil, tapi mengalami proses panjang seperti halny

Musafir Mimpi

Pasrah sebuah kata yang jelas konotatif dengan tak berdaya. Tapi kondisi netral seperti itu bisa meluluh lantakan kekuatan gusar. Itu kekuatan planet kita. Lihat bagaimana bumi menaklukan petir yang mengandung sekian mega volt kekuatan listrik. Hanya perlu seujung tembaga di atas rumah, lalu sejuntai kabel yang dimasukan ke dalam tanah. Maka kedigjayaan petir reda diserap bumi. Kita masih menganggap pasrah itu kalah, padahal mujizat para rosul menjelma karena pasrah. Ketika kata tak lagi bermakna ketika tindakkan tidak laku, maka kebenaran seperti keluar dari hukum kausalitas. Hukum sebab akibat yang jelas-jelas membuktikan adanya sang pengawas. Pembawa kebenaran hampir menjelma layaknya pemain sulap, membelah laut, tak mempan dibakar dan lain sebagainya. Tapi yang jelas mujizat tak bisa diobral begitu saja. Apalagi jadi komoditi yang bisa diperjualbelikan. Itu yang membedakannya dengan sulap. Itu yang membuat pasrah bukan brojol begitu saja, tetapi merupakan rangkaian usah

Cinta Dalam Laut

Agak sulit berbicara makna cinta sekarang ini. Perkembangan teknologi belum bisa disiasati agar kita tetap mengerti bahwa ada nilai-nilai luhur yang harus tetap kita jaga di area ini. Lahirnya LGBT tak bisa dilepaskan dari perilaku kita sendiri yang sudah lalai terhadap nilai-nilai hubungan manusia. Kalau urusan tempat tidur sudah bisa ditonton gratisan, bagaimana mungkin kita bisa berbicara makna cinta. Nafsu jadi lebih besar artinya ketimbang cinta itu sendiri. Sejak awal keduanya memang tak bisa dipisahkan. Kalau kemudian ada implikasi yang tidak wajar tentu karena koridornya sudah terlanggar. Sesuatu yang diobral secara vulgar ternyata seringkali menghilangkan ruh dan maknanya sekaligus. Begitupun dengan urusan cinta. Para leluhur kita bahkan membungkusnya dengan pantun atau dalam masyarakat sunda disebut sisindiran. Mereka sadar urusan di wilayah ini sangat tabu untuk ditelanjangi. Pantun dan sisindiran merupakan moyangnya puisi. Yang dulu sebagai salah satu garda terdepan untuk

Maha Cinta

Bagaimana kalau sandiwara kehidupan dunia ini ternyata melulu sebuah gerakan cinta? Bagaimana kalau semua bencana di bumi kita ini dilakukan dengan cinta? Bukankah yang meninggal karena bencana itu masuk surga?  Lalu mengapa kita puas kalau bencana itu dijatuhkan ke tempat yang kita sebut tempat maksiat?  Dengan garang kita sepakat mengatakan kalau itu azab. Kalau semua kehidupan ini gerakan cinta mengapa kita sejahat itu menghakimi setiap kejadian sesuai dengan keinginan kita? Sudah jadi milik kita sendiri kah kebenaran itu ? Cinta menurut Paul Johannes Tillich seorang teolog Jerman Amerika, merupakan suatu hal yang berkuasa. Cinta layaknya sebuah motor utama yang menggerakkan roda kehidupan nyata. Maha Cinta Ada keindahan di setiap perjalanan Ada nada dalam tiap langkah Ada penantian dalam detik Maka ikutlah menari bersama angin,  karena matahari bagai lampu sorot pentas dunia Dan kita dewa-dewi dalam lakon maha cinta 23 Desember 2012  

Kepastian yang Purba

Ada yang mendefinisikan penyakit yang menimpa kita itulah siksa kubur. Karena yang dikubur sebenarnya makanan ke dalam perut kita. Sedang jasad yang sudah meninggal seperti yang tertulis dalam Al-Quran " Allah menciptakan manusia dari tanah dan kelak ia akan dikembalikan ke tanah sebelum dibangkitkan lagi" .  Makanan yang 4 sehat 5 sempurna juga bisa jadi siksaan kalau diperoleh dengan cara yang zalim.  Apakah ada seorang koruptor ada yang tenang, setelah dia merampok uang rakyat? Mungkin jawabannya ada dalam filosofi plato, " manusia adalah terdiri dari  gabungan jiwa dan raga dalam persekutuan yang tidak bahagia". Kepastian yang Purba ternyata titik-titik itu hanyalah gambar belaka menetes dalam haribaan yang Esa kembalilah, duhai sang pengembara bersama do'a dan air mata 12 April 2012

Sampai Kau Bertanya, Puisi Cinta Abadi

Akhirnya kita yakin alam semesta beserta isinya ini diciptakan dengan penuh kecintaan. Cinta yang tak pernah lelah seperti mekanisme daur ulang. Karena kita melihat: "Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan" Daur Ulang Oleh Makhluk Taat Bumi sudah melakukan daur ulang sendiri. Seandainya manusia bisa hidup secara sederhana dan alami, sistem daur ulang itu akan seimbang dengan lamanya waktu pembusukan sampah. Sehinga siklus itu terjaga dan bumi tidak terbebani dengan polusi sampah yang meracuni tanahnya.  Sekarang terbayang kalau semua yang tumbuh dan kita gali dari bumi ini, sampahnya kita biarkan membusuk sendiri. Lamanya pembusukan alami tidak sebanding dengan banyaknya produksi sampah yang dihasilkan manusia. Apalagi kalau kita menyoal sampah plastik. Bumi tempat kita membangun syurga ini bisa jadi TPA, Tempat Pembuangan Akhir alias kantong samp

Aku Lelah, Puisi Dari Diary Seseorang

Kalau ada yang berkata-kata dengan kalimat yang indah atau menyentuh, maka akan dikomentari puitis. Lalu banyak lagu dengan kalimat biasa hanya sekedar mengungkapkan perasaan atau kejadian, karena diberi aransemen musik yang pas, lagu itu jadi bisa menyentuh banyak orang. Tapi lagu itu tidak disebut puitis. Jadi istilah puitis seperti diperuntukan hanya untuk susunan kalimat yang tidak ditimpali apapun. Mungkin karena kalimat itu ingin didengar masih orisinal dari pabriknya di dalam diri seseorang. Padahal bisa saja itu hanya sebuah letupan, bahkan terjadi di bawah sadar orang itu. Bagi yang suka menulis puisi keadaan seperti ini kerak kali terjadi. Kalau tidak segera dituliskan, rada susah untuk digali lagi ketika mau menyusunnya menjadi sebuah puisi. Begitulah puisi, bukan saja pantas menjadi tumpahan emosi, bahkan kemarahan bisa menjadi amunisi untuk membuatnya berasa. Greget dan punya ruh. Tak jarang menikam dan membara seperti pertempuran. Puisi-puisi seperti ini kerapkali repre

Ternyata: Puisi Dari Laut

Puisi tentang laut atau yang bernuansa laut dan konotatif dengan laut selalu tak habis menjadi inspirasi. Sampai kini Lautan tetap menjadi sebuah tanda tanya besar. Lautan memiliki luas 70 persen dari ruang kehidupan di Bumi dan baru lima persen saja bagian dari lautan yang pernah dieksplorasi oleh manusia.  Manusia lebih tertarik untuk mengeksplorasi ruang angkasa, karena lebih mudah  daripada harus menaklukan tekanan air laut yang makin dalam makin besar.  Laut Merupakan Pertanda Menurut Oceana, manusia masih bisa menyelam pada kedalaman 40 meter agar bisa menahan tekanan air laut. Lebih dari kedalaman itu manusia harus dibantu peralatan khusus karena tekanan  air laut di kedalaman itu sudah diatas ambang batas kemampuan manusia. Apakah ini pertanda kalau manusia pada akhirnya harus tengadah dengan kedua tangannya yang perkasa untuk berserah diri pada kemauan yang lebih tinggi? Atau bisa jadi terlalu pongah untuk menukik ke dalam dan mempertanyakan diri sendiri? Padahal ruang pa