Pepatah Tiongkok mengatakan, mempunyai sahabat seribu saja terlalu sedikit namun mempunyai musuh satu saja terlalu banyak.
Manusia adalah makhluk sosial, kata Aristoteles, filsuf yang hidup 384- 322 sebelum masehi. Sudah sedemikian lama manusia mengenal dirinya sebagai makhluk sosial.
Mungkin sudah pada lupa hingga diingatkan lagi oleh Kamus Besar Bahasa Indosia( KBBI), bahwa makhluk sosial adalah manusia yang berhubungan timbal balik dengan manusia lain.
Persahabatan Dalam Politik
Bukan kebetulan tulisan ini digali lagi dari kuburan blog tahun 2016 bertepatan dengan bebasnya seorang tokoh politik kawakan yang dibesarkan Himpunan Mahasiswa Islam( HMI) dari Lapas Sukamiskin, Anas Urbaningrum.
Begitu serunya ingatan kita ketika mengikuti persidangannya dulu. Satu rupiah saja Anas korupsi di Hambalang, gantung Anas di Monas, begitulah katanya, ketika dia masih jadi ketua umum partai Demokrat dan mulai terseret korupsi di Hambalang.
Kariernya yang sedang di puncak dan kebesaran partainya yang sedang berkuasa sepertinya meyakinkan kalau dia bisa tidak terlibat kasus Hambalang. Namun kenyataan berbicara lain, Anas dijatuhi hukuman 8 tahun penjara.
Aroma dikhianati kawan merebak di media berita. Begitupun ketika dia resmi bebas selasa 11 April 2023, aroma itu digoreng terus oleh beberapa media sosial.
Persahabatan ataupun persaudaraan bisa jadi rumit, ketika lama berpisah. Bisa jadi semuanya tak ada yang sama lagi. Hal yang alami sekali, karena keragaman tak berarti beda tujuan.
Kuncinya tetap berani saling menyelami dan tidak merasa lebih unggul. Betapapun jeleknya sebuah penampakan di alam semesta ini tetaplah punya tujuan. Sebuah rencana gaib yang tak bisa secara sembrono kita menudingnya sebagai sebuah kelalaian.
Yang harus di cermati adalah tetap adanya koridor, etika yang membuat persahabatan dan persaudaraan saling menghormati dan menghargai. Itulah ciri khas hubungan manusia yang membedakannya dengan hewan. Biasanya alasan kebebasan yang membuat hubungan jadi tak jelas. Karena kerap kali kita masih bingung dengan arti kebebasan itu sendiri.
Kitab Suci Tentang Persahabatan
Setiap kita, setiap mahluk punya tujuan penciptaan. Oleh karena itu menerima kehadirannya adalah kebajikan yang tiada terkira. Perbedaan yang ujungnya saling menjelekkan bukan saja tak berguna tetapi sedang intens merusak tujuan penciptaan alam semesta.
Kebaikan bisa punya nilai tentu saja karena kejelekanpun bernilai. Tapi bisakah filosofi" watawa saubil haqqi wa tawaa saubis sabr" ini kita praktekan di dunia politik?
Idealnya di negeri Pancasila ini bisa, karena Ketuhanan menjadi dasar pertama dari kokohnya dasar negara republik ini. Ketuhanan bukanlah sesuatu yang dikarang untuk formalitas berdirinya negara Indonesia, tapi sebuah kesadaran yang sudah bersemayam ketika kita mulai bergerak di dalam rahim.
Maka ketika kita lahir disebut musafir, seorang pengembara. Sebuah perlawatan ke setiap tempat dan kejadian agar ketuhanan kita berkilau dan bertiwikrama menjadi makhluk sosial.
Apakah ada kitab suci yang menganjurkan permusuhan?
Semua kitab suci menyoal ketuhanan yang menghidupkan setiap makhluk. Sifat-sifat tuhan yang berada di semua makhluk itu tak bisa kita tuliskan secara tepat. Namun bisa kita rasakan begitu akurat manakala yang lainnya terluka.
Kutipan Persahabatan Sejati
Menurut penduduk planet pandora di film Avatar, orang dilahirkan dua kali. Kelahiran kedua ketika orang itu mendapatkan tempat di masyarakat selamanya.
Nafsu berkuasa adalah ujian tertinggi yang akan dijumpai makhluk tuhan saat kelahiran keduanya sebagai Khalifah di muka bumi. Al- Ghazali membagi empat macam keinginan atau nafsu untuk berkuasa.
1. Penaklukan, nafsu dengan keinginan berkuasa atas wilayah bukan miliknya. Penaklukan jelas bisa dengan kekuatan. seperti yang paling langgeng dan pernah dirasakan Indonesia oleh VOC Belanda selama 350 tahun.
Penaklukan yang paling latin dengan ilmu pengetahuan. Betapapun sucinya ilmu pengetahuan dia bisa lugu digunakan untuk berkuasa.
Ramah lingkungan seperti penemuan hebat negara maju. Maka ketika negara berkembang, yang rata-rata bekas jajahan, punya perilaku budaya seperti itu sejak dulu disebutlah "Kearifan Lokal".
2. Berkuasa, kadang nafsu seperti ini tidak melulu dengan wilayah yang luas atau jumlah orang lain yang banyak. Kawan sejalan bisa jadi ladang pertama untuk ditundukkan dibawah kekuasaannya.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) hari-hari ini sering muncul sebagai berita. Banyak yang terpendam karena seringkali bias dengan keyakinan agama soal istri yang harus taat pada suami.
Gagal menguasai wilayah secara intelek dengan gelar pendidikan, bisa dengan gaya freeman membuat gank yang menakut-nakuti.
3. Ingin Diistimewakan. Ingin dianggap sebagai orang yang mempunyai hak- hak istimewa dalam berbagai hal.
4. Maha Kuasa, Keinginan kita untuk menguasai segalanya adalah sekedar nafsu. Raga kita benar-benar terbatas sehingga tak bisa melakukan pekerjaan tuhan itu.
Kekuasaan tuhan hanya bisa ditanggung bersama oleh semua makhluk. Itulah sebabnya persaingan tak memberi keuntungan sama sekali kecuali membinasakan kehidupan.
Seandainya manusia bisa lolos dari ke empat nafsu itu, kekuasaannya bukan sekedar jadi ketua umum partai atau presiden tapi jauh lebih besar dari itu.
Kekuasaan besar karena dilakukan bersama dengan semua sahabat hidup, makhluk apapun itu.
Persahabatan yang Sehat
Tiba-tiba saja ada istilah persahabatan yang sehat. Tapi barangkali maksudnya tentu bukan orang yang sakit bersahabat karena sama-sama sakit. Itu lebih merupakan sama-sama merasa teraniaya.
Persahabatan antara orang yang sehat dan yang sedang sakit punya nilai yang berbeda. Kemanusiaan seperti itu menjadi variable keyakinan kalau keberagaman tak bisa ditolak. Persahabatan yang sehat tentunya memahami ini dengan baik.
Kalau persahabatan yang sehat hanya sekedar punya minat dan kesakitan yang sama, nilai apa yang bisa dicapai dengan persahabatan seperti itu, selain di waktu tertentu akan bubar.
Tempat Matahari Bertahta
Kita pernah membicarakan Garuda
yang lantang berbicara dengan matahari,
kita sama-sama membasuh luka di wadah Sang Pertapa
Lalu kau bertanya, Kemana bila ku dahaga
Jawabku, pergilah ke tata surya, tempat matahari bertahta
Comments