Mantra kaya dengan gaya bahasa metafora dan hiperbola. Dalam agama hindu lebih merupakan doa. Mantra di kepala kita adalah kata-kata yang bisa merubah sesuatu secara gaib atau tidak biasa. Mantra merupakan kekayaan sastra yang dikenal sebagai puisi lama.
Apa hubungannya puisi yang sering dipakai merayu ini dengan mantra yang lebih merupakan doa?
Dinasti Puisi
Bila puisi dikaitkan erat dengan sejarah puisi lamanya, kemungkinan puisi tidak bernasib "kesepian" seperti sekarang ini. Mantra memang berisi kata-kata yang kadang tidak berarti. Namun diucapkan oleh orang tertentu, karena mantra merupakan kalimat yang mengandung kekuatan gaib atau magis.
Puisi oleh karena dinasti mantra seyogyanya punya khasiat yang sama. Paling tidak, bisa mengobarkan semangat seperti pidato Bung karno. Tapi apa mau dikata puisi telah bebas disampaikan dengan kalimat yang berisi kata-kata apa saja.
Kalau kemudian terjerembab dalam wilayah curhat atau kalimat cengeng yang baru saja putus cinta, maka daripada kesepian kita sebut saja puisi sperti itu khasanah puisi. Kalau disebut kekayaan satra, puisi sudah miskin ketika dinobatkan sebagai syair bebas. Karena sudah sepi dari peminatnya yang ingin mencapai ruh puisi, kecuali asal ramai diperlombakan dan kebebasannya dijerat para juri dari penulis puisi terkenal.
Menggapai Ruh Puisi
Untuk membantu konsentrasi dalam meditasi mantra harus diucapkan berulang-ulang. Untuk menegaskan sebuah pengalaman batin dalam bentuk puisi kita sering melakukan hal serupa. Mengulang beberapa kata dalam bait awal lalu memberi penjelasan di bait berikutnya.
Tidak ada alasan puisi harus berguna bagi orang lain. Apalagi harus memenangkan sebuah piala kejuaraan. Hanya saja puisi lahir dari perenungan dan pilihan kata. Bisa saja dari pertempuran batin yang tidak ada habisnya melihat keadaan. Atau dari batin yang termehek-mehek merasa paling dizalimi. Puisi tetap karya manusia bukan karya burung manyar yang bisa merajut sarangnya dirajut dengan indah.
Maka bacakan mantra sebelum masuk ke kedalaman, sebab disitu seperti hutan belukar. Apabila tidak berani telanjang, maka kita akan malu ditelanjangi. Makanya agak jarang yang mau masuk ke kedalaman. Kita lebih suka mempermalukan orang lain ketimbang mempermalukan diri sendiri.
Puisi memang sinergis dengan pengalaman spiritual penulisnya. Makanya kerap diseput syair. Kita yakin Kitab-kitab suci berisi syair-syair terindah. Walaupun puisi punya saudara lamanya yang suka jenaka bernama pantun. Puisi ternyata kalah "cakep". Pantun lagi booming dipakai para politisi dan para pesohor. Mungkin karena bisa sekali pakai langsung dibilang cakep. Walaupun jadi meleset dari asal muasal pantun. Sebutan pantun berasal dari bahasa minangkabau, yaitu "panuntun" yang berarti penuntun.
Jadi kalau mantra lebih punya arti menghadirkan kekuatan magis, apa bedanya dengan puisi yang bisa melambungkan hati seorang gadis?
Aku Lelah Mengejar Cinta
Aku lelah mengejar cinta
yang remuk redam di batu karang
Aku lelah mengejar cinta
yang hanya tertulis di pasir
lalu terhempas ombak
Aku lelah mengejar cinta
yang tertinggal matahari,
diludahi bintang-bintang
dan
mencaci maki rembulan
21 Januari 2013
Comments