Gielbran, Gielbran Muhammad Noor adalah ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM yang memberikan gelar kepada Presiden Jokowi sebagai alumnus UGM paling memalukan. Sertifikat gelar ini diserahkan secara simbolis kepada Bapak Presiden Jokowi usai diskusi publik di Bundaran UGM pada hari Jumat 8 Desember. Seorang mahasiswa yang memakai topeng wajah Bapak Presiden Jokowi menerima sertifikat itu.
Namun nantinya sertifikat ini akan dikirimkan Gielbran Muhammad Noor pada Jokowi di Istana Negara dengan jasa pengiriman paket. Lengkap dengan tanda tangan Ketua BEM KM UGM periode 2023 Gielbran Muhammad Noor. Penulis tidak tahu apakah paketnya sudah sampai atau belum. Yang jelas poster Jokowi sebagai alumnus UGM paling memalukan sekarang sudah digantikan dengan poster Jokowi alumnus UGM paling membanggakan yang dibuat oleh mahasiswa berbeda.
Sedangkan Gibran, Gibran Rakabuming Raka adalah putera sulung bapak presiden Jokowi yang sekarang menjadi calon wakil presiden termuda mendampingi bapak Prabowo. Gibran bisa lolos menjadi calon wakil presiden setelah Mahkamah Konstitusi (MK) membuat keputusan yang mengejutkan tentang batasan usia cawapres.
Etika Dan Tatakrama Sudah Gaib
Baik Gielbran maupun Gibran bukan orang sembarangan. Keduanya putera terbaik bangsa dalam kapasitas yang berbeda. Lengkapnya bisa dilihat di media berita. Namun keduanya sedang jadi perbincangan pro dan kontra, terutama di media sosial.
Keduanya juga memperlihatkan jiwa mudanya yang berani. Atmosfir Indonesia memang sudah terbuka sehingga tercium menyengat sangat liberal seperti apa kata Presiden Jokowi kepada Bang Karni. Diakhir kata Bapak Presiden dan pihak rektorat UGM juga mengeluarkan kalimat adem yang idem mirip notifikasi,
"kita ini orang timur yang penuh dengan kesantunan, etika dan tatakrama yang baik".
Santun, etika dan tatakrama sekarang sudah seperti cerita Indonesia di buku pelajaran jaman orba kalau penduduk Indonesia terkenal dengan istilah ramah tamah dan manis budi bahasanya. Sudah lama kita tak mendengar istilah itu, karena walau digembar-gemborkan lagi tidak akan membuat kita bangga. Malu sudah lama kita tidak seperti itu.
Maka kalau kita bercerita sampai sesengukan soal perjuangan kemerdekaan, malah jadi opera yang menggelikan. Atau seperti melihat monumen-monumen perjuangan yang mentereng memajang patung para pejuang dengan kepala diikat kain merah putih dan bambu runcing di tangan. Kemegahan mental para pejuang kemerdekaan hanya milik buku cerita dan monumen. Hanya untuk dilihat dan belum lagi bisa dirasakan. Sudah gaib.
Daripada mengurus soal yang gaib seperti itu mending mengejar materi yang jelas ketinggalan. Maka 10 tahun pemerintah seperti tergila-gila pada infrastruktur. Menyatukan Indonesia dari Sabang sampai Merauke memang bukan menyatukan roh gentayangan masuk dalam satu kendi, melainkan menyatukan jasmani yang berserakan dengan berbagai suku dan berbeda pulau dalam satu negara.
Zaman Kagok
Maka Gielbran dan Gibran seperti lahir dan besar di jaman kagok ini, yang satu jelas generasi milenial yang lainnya di usia sekitar 10 tahun menyaksikan reformasi yang menggebrak dinasti politik rezim orde baru.
Gielbran Muhammad Noor tidak bisa teriak merdeka melawan penjajah dari luar. Penjajah dari sono itu sudah lama mendapatkan hidayah memerdekakan negara jajahannya. Mereka tidak mungkin lagi menggunakan senjata untuk mengeksploitasi negara berkembang. Mereka sudah kadung memasarkan Hak Asasi Manusia (HAM) yang laku bak kacang goreng di pasar dunia. Maka mending menyelinap dibalik iklan HAM yang gencar untuk merubah perilaku dan budaya. Sehingga gaya liberal disulap sama menterengnya dengan pekik merdeka dan kebebasan berpendapat.
Sementara Gibran harus berhadapan langsung dengan ketakutan para politisi dan pakar politik akan lahirnya dinasti politik seperti jaman orde baru yang haus kekuasaan. Sebagian di antara mereka adalah bagian rezim orde baru. Mereka punya sopan santun, etika dan tatakrama sehingga "begitu sopan" untuk mengingatkan pemerintah orde baru tentang keterbukaan, sampai orde baru sanggup malang melintang selama 32 tahun.
Gielbran dan Gibran lahir ketika pekik merdeka sudah digantikan teriakan suporter piala sepakbola eropa. Mereka termasuk pemilih muda di pemilu 2024 yang punya kekuatan 52% dari seluruh jumlah pemilih Indonesia. Mereka sedang bertumbuh dengan dinamikanya sendiri. Kalau mereka dituding sedang melanggar etika, maka kita sedang sibuk dengan urusan kolot yang sudah butek bagaimana keterbukaan tetap bercitarasa Indonesia.
Di tengah gemuruh pembangunan yang bangga dengan bonus demografi, tentu saja generasi 52% ini tak bisa hanya sekedar dituding tak beretika. Apalagi kalau hanya sekedar untuk kepentingan rebutan suara yang ujung-ujungnya demi tahta di parlemen. Mereka akan terus menerobos keyakinan kita, merontokkan sopan santun, etika dan tatakrama yang sudah berkarat karena kita selama ini tak pernah memakainya kecuali untuk urusan kampanye pemilu.
Maka keterbukaan memang bukan hanya menyengat berbau liberal, namun tak akan terbendung. Kita sedang jadi bagian masyarakat dunia dalam satu jaringan Internasional. Walaubagaimanapun liberalisasi bukan seragam sekolah yang diwajibkan sama warnanya. Tuhan akan tetap menjaga keberagaman itu, Dia tidak pernah terbukti membuat ciptaan yang sama.
Bertahun-tahun Aku Mencari Tuhan Tapi Tidak Menemukan Diri Sendiri, Tapi Ketika Aku Menemukan Diri Sendiri Aku Menemukan Tuhan
Maka Ketuhanan Yang Maha Esa kita yang sebenarnya sedang jadi polemik. Mampukah kita yakin kalau sila pertama dari dasar negara kita ini bukan sekedar bagian dari dasar negara kita. Tapi merupakan dasar dari keyakinan kita. Fondasi yang sangat kuat untuk melangkah menjadi bagian dari masyarakat dunia.
Manusia yang berketuhanan akan tahu. Tidak ada yang bisa mengatur kebebasannya kecuali tuhan yang ada dalam dirinya yang setiap waktu memberi tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Tuhan telah memproklamasikan dirinya lebih dekat dengan urat nadi.
Kita hanya tak mengenalnya dan sibuk mencarinya dari orang lain, hingga kita tak mengenal diri kita sendiri. Padahal kehidupan bukan pabrik material yang cetakannya sama.
Comments