Skip to main content

Film Gladiator 1 VS Film Gladiator 2


G
ladiator 1 meski kusam tanpa cgi, tapi asek di setiap adegan dialog. Mungkin karena kita sering nonton film yang peran cgi nya ampun-ampunan. Maka ketika ada adegan perkelahian di Gladiator 1 yang meleset dan kaku, berasa ga nyaman.

Atau coba tonton film karya Ridley Scott yang lain, atau nonton teater sebagai hidangan pembuka. Biar ga nyinyir dengan film berbiaya 103 juta dolar dan meraup keuntungan kotor $460.583.960 ini.

Ridley Scott teramat asik dengan gaya seadanya, kekuatan akting para pemain menjadi taruhannya. Butuh kameraman yang bisa merogoh akting hingga setiap adegan punya jiwa.

Gambar-gambarnya bisa merefleksikan cahaya dan  dialog intens kehidupan, bagaimana bisa keluar dari peperangan sebenarnya. Pergulatan dengan diri sendiri.

Itukah yang ingin dicapai Ridley Scott dalam Gladiator 1 tanpa cgi? 


Ringkasan Plot Gladiator

Seorang jendral perang roma bernama Maximus Decimus Meridius harus dieksplor habis. Petani yang garang di medan perang ini, membuat kaisar jatuh cinta. Maximus harus jadi kaisar menuju Romawi yang demokratis.

Russell Crow pemeran Maximus ga perlu lagi dipoles. Wajah bewoknya ga perlu lulus dari broadway untuk mengkilap di Hollywood. Cukup tiga kali nominasi piala Oscar, akhirnya Russell Crow membawa pulang oscar dalam Gladiator1.

Maximus sudah dipastikan bakal diangkat jadi kaisar. Perang-perang yang dipimpin jenderal yang suka blusukan ini, bukan hanya memenangkan perang dinegeri orang.

Tapi berhasil membuat namanya legendaris di seantero ribuan tentara romawi. Ketenaran seperti ini mulai masuk arena politik. Bahkan ring satu menuju tahta.  

Di arena inilah perang yang sering dan sesungguhnya terjadi. Perang hati nurani dengan kebengisan ambisi. 

Peralihan kekuasaan yang ga wajar menuju demokrasi Romawi , makanan empuk para politisi di senat kekaisaran RomawiPutera mahkota kaisar bernama Commodus (Joaquin Phoenix) dibesarkan ditengah transisi seperti ini.

Kalau kemudian jadi banci antara sakralnya kekaisaran dan niat suci ayahnya menuju demokrasi, sangat wajar Commudus jadi sebuah ambisi. Toh senat masih bisa dia gusur ke kubunya agar dia ga kehilangan tahta. 

Maka sang legen harus binasa. Sang blusukan vs ambisius harus bahu membahu membangun film heroik menyoal dendam suci seorang legenda yang martir melawan tirani.

Konflik serumit ini tak mungkin disajikan cgi. Ini film di lingkaran kekuasaan sebuah Imperium yang menguasai 20% wilayah dunia. Ridley Scott harus jungkir balik membuat visualisasi tanpa kamuflase. 


Isu Demokrasi Dunia

Yang jelas penonton tak boleh termehek-mehek. Cerita tentang gladiator di jaman kekaisaran Romawi sudah kadung terkenal macho sampai harus bertarung dengan binatang. 

Untung HAM belum menunjukkan batang idungnya. Lagian cita-cita Romawi yang demokratis juga diucapkan di akhir hayat sang kaisar yang telat ngadeg pandito.

Cukup sebagai penyedap rasa kalau kekaisaran romawilah pencetus demokrasi. Bangsa lain belum punya kolosium untuk uji nyali. Apakah demokrasi harus lahir dari arena gladiator itu? 

Atau sekarang arena demokrasi juga mirip arena gladiator? Ratusan lidah bercabang sama peresis dengan pedang tajam.  Siap saling membunuh  karakter.  Atau jadi pedang panjang wanita ditendang?

Cukup roma.

Sang legen terpuruk pada tindakan balas dendam. Duel melawan kaisar adalah hasil voting demokrasi ala arena gladiator. Maka Maximus meski menang walau sudah terluka oleh kelicikan sang kaisar.

Kalau masuk dunia politik kabarnya harus mati rasa. Begitulah caranya Maximus perlaya, setelah sekian lama dizalimi. Tahtanya cuma jadi juara.  Dianugerahkan oleh masa yang memujanya sebagai sang legenda di arena gladiator.

Apakah ada yang peduli kalau Maximus sebenarnya pejuang demokrasi? Atau paling tidak jadi martir ketika ada sebuah kekaisaran baru engeuh kalau kekuasaan ada di tagan rakyat.


Gladiator 2

Baru 24 tahun kemudian Gladiator 2 muncul seperti pahlawan kesiangan. Sang legend harus tetap hidup dengan format cgi, karena harus injak gas dengan rem blong mungpung ga ada film sekelas.

Film Moana 2 dan Elevation yang dirilis november juga jelas ga macho bicara heroik melawan tirani. Apalagi ngomong kejantanan demokrasi dari arena gladiator.

Jangan-jangan demokrasi juga sekedar omong kosong. Sering amat terselip di sebuah film epic kejantanan macem film Gladiator.

Atau malah tirani gaya baru yang kekar didukung fasilitas internet dan ngebut pake kendaraan globalisasi. Hingga mirip ratu adil yang sedang ditunggu sebagian penduduk bumi.

Padahal ga nongol-nongol mas bro. Malah sekarang ini setiap negara keknya takut setengah mati kalau disebut bukan  negara demokrasi. 

Takut tidak mengikuti suara tuhan, karena dalam demokrasi sudah terkenal mantera suara rakyat adalah suara tuhan.

Tuhan sangat murah hati hingga suaranya bisa dituker sembako kadang beberapa bungkus mie instan. 

Sedang terperdayakah kita oleh segala macam visual? Liat aja film Red One yang mampu mengobrak-ngabrik wilayah malaikat, para dewa, bahkan penciptaan.


K
alaupun kita muak sama film simsalabim seperti ini, kita bisa memuaskan diri dengan film Gladiator 2. 

Apa coba yang ga bisa dilakukan cgi? Tinggal ada alasan ilmiah agar cerita film tetap sampai ke haribaan penonton dengan damai dan ikhlas membeli karcis bioskop.

Lagian siapa yang ga ikhlas kalau mau hiburan?

24 tahun  pedang Gladiator  dipendam pasti sudah  karatan. Meskipun sudah menyabet 5 piala oscar. Biaya bikin film pasti membengkak. Meski Maximus jadi legenda Romawi tetap harus dapet suara dari gelanggang lain.

Gelanggang penonton di bioskop-bioskop yang sedang terus dijejali visual menakjubkan. Bahkan kalau mereka rajin bisa bikin sendiri visual kere lewat AI gratisan di internet.

Maka Gladiator 2 tak hanya harus mengkilap dengan akting para pemainnya. Ridley Scott harus membawa pasukan cgi untuk mendadani busana tentara romawi. 

Kolosium harus tambah angker dengan badak ukuran jumbo dan gerombolan monyet yang haus darah. Ga perlu lagi adegan perkelahian yang meleset.

Semuanya harus disajikan sesuai imajinasi generasi AI. Kelimis kek abis mandi dan cukuran. Ga bisa lagi oret-oretan mirip coretan kode buntut.

Kabarnya begitulah film yang sudah merauf keuntungan 100 juta dolar dalam seminggu di dalam negeri ini.

Untuk urusan adegan agar tetap menarik minat penonton gaya teater Ridley Scott, Denzel Washington ikut diturunkan. Biar penonton ga terlalu sebal dengan dua kaisar menor Caracalla (Fred Hechinger) dan Geta (Joseph Quinn).


W
hadoh kirain si mbah The Equalizer ini ga akan mau turun ke gelanggang Gladiator. 

Jadi pengen nonton Gladiator 2. Sayangnya Indonesia ga ikut terancam, kalau keuntungan film Gladiator 2 belum melamapaui Kakaknya Gladiator 1.

Walhasil di luar nagari masih akan diputar di bioskop-bioskop sampai Januari 2025.

Ya sudah.

Comments

Popular posts from this blog

Keyword Facebook Pro dan Tiktok Afiliate

Semua platform sepertinya tidak jauh berbeda. Urusan cari uang di medsos tentu jadi mendadak seleb, kebanyakan pikiran kotor, ingin cari uang secara gampang. Jadi mirip korupsi juga, lumayan makan energi, denyut jantung sudah dipastikan berada di atas rata-rata. Mabuk harta memang nadanya jedak jeduk, mengimbangi pusing pala berbi. Tapi itu awalnya saja, setelah itu jantung tenang. Karena mulai terbiasa. Jantung mulai beradaptasi dengan nutrisi tidak sehat, tidak meronta lagi. Mungkin jadi imun dari perasaan dosa. Penumpukan racun seperti itu sama saja dengan membuat cerita tua kita seru dengan penyakit jantung. Akibat sudah sering memaksa jantung bekerja dalam suasana was-was. Jadi kalau mau aktif di medsos seperti orang korupsi seperti itu sah sah saja. Ingin limpahan uang secara gampang tidak ada yg melarang. Toh di dunia yang penuh hak azasi ini segala hal bisa jadi komoditi.    Muter dulu Sempat bertanya ga, mengapa semakin orang ngerti dan mampu membeli makanan empa...

Sajadah2

Masa kita masih ga pede kalau tuhan sudah mememerintahkan supaya malaikat sujud kepada adam? Apa sekarang perintah itu ditarik lagi, karena adam akhirnya melanggar lalu terusir dari surga aden? Yang disuruh sujud malaikat bro, makhluk yang sudah diwisuda taat tanpa sarat kepada tuhan. Sejak sk itu dikeluarkan harus taat juga sama manusia. Kan ga perlu ada tembusan surat ke kita, adam sudah secara simbolik mendapat penghargaan itu. Apa itu Malaikat Biar keren disclaimer dulu soal pengertian malalaikat bersama bintang tamu Meta AI. Ini hanya sejumput dialog di wa dengannya. [27/12 20.45] abah animasi: Ada ungkapan berupa sumpah tuhan dalam Al-Quran yang bunyinya: Demi malaikat yang menjaga. Malaikat memang gaib tapi tentu bukan makhluk bersayap dengan lingkaran di atas kepalanya.  Melainkan punya arti yang jelas dan sederhana. Contohnya kalau kita lempar sebuah benda ke atas, maka benda itu akan kembali ke bawah. Tidak mencelat ke luar angkasa. Ada yang menjaganya yang kemudian kita...

Hasil Pilkada 2024

Pilkada 2024 lenggang, partisipasi masyarakat hanya 68%. Lumayan jomplang sama pemilu presiden yang 80%.  Krisis Demokrasi Waktu pilpres 9 bulan sebelum pilkada serentak emang seru, saking serunya ada yang berteriak money politic makin brutal. Karena susah dibuktikan, lalu ditangkis dengan ledekan, kalau demokrasi akan berhasil saat rakyat Indonesia sudah sejahtera. Jadi maksudnya suara rakyat yang suara tuhan itu ga bisa ditukar sembako? Masa? Kalau rakyat sebel gimana? 9 bulan yang lalu di pilpres saling banting di dipilkada tiba-tiba saling kerling. Malah pegangan tangan bak orang pacaran. Semuanya serba mungkin seh. Sistem demokrasi dibela-belain juga bukan budaya kita. Tapi mau apa lagi kalau sistem demokrasi sudah dianggap budaya modern. Budaya adiluhung paling ideal. Budaya negeri paman sam. Si mang yang duluan mendarat di bulan, yang sekarang sedang mengincar mars. Yang dari dulu berteriak liberti, sampai bikin patungnya segala. Kalau masih mau monarki harus jadi raja minya...