Saking seringnya orang-orang didunia politik bermanuver, wilayah malaikat , wilayah sebelah kanan jadi sering ditinggalkan. Lama-lama jadi seperti kena stroke. Mati sebelah.
Kredonya politik
Begitulah kredonya politik. Jadi biarpun sampai semaput para rohaniawan di partai memberi khotbah, periuk nasinya paling sebesar sayap partai.
Ga usah banyak mengobral ayat-ayat tuhan, mending jualan ayat-ayat cinta. Mereka untuk setia kawan saja repot berebut kursi. Kadang sampai lempar kursi.
Kebayang kalau sodara-sodara kita ini diajak ke tempat penuh cahaya. Alamat dikira tempat dugem. Mereka kan orang-orang yang tiap hari memikirkan rakyat. Klo sampai nyeleneh ke tempat itu wajar. Mereka selama ini jadi cahaya bagi rakyat. Perih memang kalau pemandangannya seperti itu.
Pan sudah lama kita dengar kalau di politik tidak ada lawan yang abadi. Ga usah dibalik lawan menjadi kawan, karena di politik sudah lama tidak pernah ada kawan yang abadi.
Tapi di pemilu 2024 ini ada kabar yang menggembirakan. Ada selentingan politik uang makin brutal. Rakyat sudah pinter kalau suaranya tidak lagi diobral gocapan. Apalagi ditukar dua bungkus mie instan dan sebungkus Snack Lima ratusan. Begitu kabarnya.
Sorry ya. Masih belum ngerti kalau suara rakyat suara tuhan? Makanya bikin sayap partai ngaji diri. Biar ga usah banting stir jadi sarjana ekonomi.
Atau biar sepakat sidang paripurnakan sila pertama Pancasila. Gali Ketuhanan Yang Maha Esa biar ga stroke.
Apa ga sayang kalau jadi wakil rakyat berarti jadi wakil suara tuhan? Posisi langitan masbro.
Atau coba wiridan kayak gini :
Ketika apa yang terjadi tak bisa lagi dicerna oleh otak dan pikiran kita.
Maka itulah keterbatasan raga yang tidak stabil dan fana.
Jangan serahkan itu kepada iblis yang penuh tipu daya
Merasa paling benar
Merasa sudah sholeh
Merasa dizalimi
Merasa tidak ada jalan
Merasa sendirian
Merasa bla, bla, bla
Semua bisikan itu sekedar tipuan dari satu makhluk yang dikutuk tuhan karena kesombongannya.
Dia dijanjikan neraka bukan karena tidak percaya kepada Tuhan
Tapi dia tak kembali pada jiwanya yang luas dan transendental,
yang menghadap dan sujud langsung pada sang pencipta,
yang selalu membisikkan kita benar dan salah
Kita sendiri menyaksikan kebenaran dan kesalahan itu.
Tapi selalu saja kebenaran dituduhkan pada malaikat
Sedang kesalahan difitnahkan pada syetan
Maka otak dan pikiran kita menjadi lelah
Bahkan putus asa
Karena kita hanya menyaksikan
tak pernah mau pasrah membenarkan
Karena jiwa dan raga seperti dua kutub yang berbeda. Mereka akan tarik menarik. Sama-sama saling membutuhkan untuk eksis.
Kalau masih tetap doyan drama tercekek cekek. Monggo. Sila berikutnya akan membuat sodara belajar lagi matematika.
Terutama kalau sudah sampai sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Hayooh, adil buat 280 juta rakyat apa masih bisa rapat sambil molor? Atau nonton film porno?
Dinyanyiin aja ya mungpung masih hangat dilantik sodara-sodara wakil rakyat :
"Sodara dipilih bukan dilotre, meski kami tak kenal siapa sodara..."
Seterusnya dengerin aja dari albumnya Iwan Fals sambil rapat.
Masih garis besarnya saja, asesorisnya menunggu banjir bandang kata-kata.
Comments