Teori Big Bang adalah teori penciptaan alam
semesta yang mulai dipopulerkan tahun 1927 oleh George Lemaitre menyimpulkan,
kalau alam semesta berasal dari satu wujud. Kemudian terpisah-pisah karena
dentuman raksasa. Maka terbentuklah berbagai galaxi yang terdiri dari matahari,
planet dan bulan. Kesimpulan fisikawan Stephen hawking mengenai teori bigbang
menunjukkan, bahwa segalanya tidak menciut menjadi satu titik melainkan
berjalan begitu saja.
Teori The Expanding Universe, bahwa alam
semesta senantiasa mengembang dan berekspansi telah dibuktikan oleh penelitian
Hubble (1929). Nampaknya pembicaraan tentang alam semesta optimis, kalau
penciptaan mempunyai gerakan yang dinamis. Bukankah sifat tuhan yang dijelaskan
kitab suci jelas disini? Menciptakan dan menyempurnakan.
Sampai detil terkecil mahluk di alam semesta
ini terlihat mengalami hal yang serupa. Disadari atau tidak setiap yang
diciptakan mengalami perubahan menuju sempurna. Meski itu harus mengambil jalan
yang rumit atau sama sekali seperti diam. Anehnya keyakinan kita tak memberikan
data apapun kecuali pesimis melihat perkembangan yang sedang terjadi.
Contohnya tentang dajjal, mahluk bermata satu
yang akan naik panggung ketika akhir zaman. Sebagian kita malah menyebut
kehadiranya sebagai tanda-tanda kiamat. Bahkan ada yang yakin dan menunggu
mahluk bermata satu itu hadir.
Mengapa ketika kita mengalami kemajuan dalam
segala bidang kehidupan dengan berbagai eksesnya, kita malah pesimis dan
berprasangka buruk kalau bumi akan kiamat? Tidak kah kita ingin melihat
kerajaan tuhan menjelma di bumi ini?
Bisakah kita merajut surga di akhirat dengan
sikap pesimis? Atau kita mencoba berfikir berbeda, kalau surga di akhirat
adalah refleksi dari surga yang bisa kita bangun di alam fana ini. Sehingga
kita segel aja, kalau kita tak bisa membangun surga di bumi ini berarti kita
pun tak mampu membangun surga di akhirat.
Apapun yang kita yakini alam semesta tetap
berkembang. Tuhan tetap menciptakan dan menyempurnakan. Apalagi menyangkut
mahluk berkaki dua yang disebut manusia. Gelar khalifah telah sejak nabi adam
dinisbatkan tuhan kepadanya. Sejak nabi adam hanya mengetahui nama-nama dan
menutup auratnya dengan dedaunan.
Secara mentalitas manusiapun tumbuh.
Keberanian seperti menemukan kekuatannya ketika usia terus bertambah.
Pergulatannya dengan hidup adalah pelatihan mentalnya. Dia tidak lagi imut-imut
dalam menjaga image. Dia bahkan berubah menjadi mahluk yang tanpa tedeng
aling-aling untuk membuka seluruh isi hatinya yang sempat terpendam ketika
muda. Romo Mangun Wijaya pernah membuat kesimpulan, kalau orang Indonesia
semakin tua semakin bijaksana.
Penulis The Social Psychology of Attraction
and Romantic Relationships, Profesor Madeleine Fugere memberikan bukti
ilmiahnya, mengapa pria lebih tua dianggap menarik. Ini menunjukkan fenomena
psikologis dan evolusioner*. Bukan hanya klise budaya.
Dinamika seperti ini sangat mengusik untuk
dijadikan catatan kaki puisi di bawah ini,
Cinta di Titik-titik Salju
Ternyata kau pernah menuliskan cinta di
titik-titik salju,
yang tak terbaca sang pertapa
Katamu diam bisa jadi sebuah bahasa,
yang jatuh dari surga
Sayang, itu tak bisa membangunkan sang pertapa
Sampai kau sanggup merangkai kata-kata cinta
dalam sekuntum bunga
Lalu kau tancapkan
Tepat
di dada sang pertapa
*Evolusioner artinya berangsur-angsur; sedikit
demi sedikit.Perubahan yang terjadi secara evolusioner itu
ternyata lebih baik daripada yang terjadi secara revolusioner