Film avatar yang pertama gegap gempita dengan filosofi kehidupan. Mulai dari keyakinan adanya tanda-tanda alam mengenai orang terpilih, memburu binatang hanya seperlunya saja, menyoal hidup sebagai titipan, sampai adanya konektivitas besar sesama mahluk oleh eywa yang agung. Pesan-pesan kehidupan ini kalau dibicarakan lewat diskusi di majlis atau pun di warung kopi, niscaya akan membosankan. Walaupun tujuan pembicaraan seperti itu untuk menjawab persoalan hidup demi kebahagiaan hidup yang diimpikan.
Pandora menjadi kambing hitam
Film avatar 1 menjadi salah satu ide yang jenius untuk membicarakan
perihal menjemukan itu lewat tontonan menarik. Sehingga memberi gambaran
bagaimana alam semesta beserta isinya terkoneksi lalu menjadi motivasi
kehidupan. Benar film itu sebuah hayalan, tapi hayalan yang mampu
divisualisasikan dengan impian sepertinya identik atau malah kembar siam.
Paling tidak film avatar memberi contoh bagaimana sesuatu hal yang menjemukan
menjadi ide meraup cuan jutaan dolar. Apalagi kalau kita menyoal minat baca
yang sudah lama begitu fakir, sehingga kekhawatiran itu membuat kita amnesia,
kalau melihat atau memperhatikan juga
adalah membaca, karena ada bacaan yang
tersurat dan yang tersirat.
Film avatar 1 seperti bertutur tentang dunia yang sudah
sedemikian materialistis dan digitalis, sampai teknologinya bisa memindahkan nyawa
dari satu wujud ke wujud yang lain. Karena nyawa ternyata bisa diprogram, terlalu
gegabah kalau mencari bahan tambang di negara berkembang yang ada di dunia.
Negara-negara ini sampai sekarang masih yakin, kalau nyawa bukan barang
digital. Jadi lebih untung mereka dikapitalisasi untuk membeli karcis bioskop
agar tak tersinggung keyakinannya.
Walhasil para kapitalis memilih mencari planet lain bernama
pandora. Bahan tambangnya juga baru kita kenal di film avatar bernama ubtonium.
Tapi nafsu kolonial mereka terjegal oleh
para pemodal yang humanis. Opsinya mereka membuat wujud avatar yang menyerupai
orang-orang pandora untuk melakukan
infiltrasi, agar penduduk pandora yang berada di atas tanah berkandungan
ubtonium bisa diprovokasi, biar mau pindah ke tempat lain. Sayangnya operasi beraroma
hak azasi manusia itu diangggap gagal. Target perusahaan tak bisa dikejar oleh para humanis, yang baru saja mendapat bebas
bersarat dari kaum humanisme pemilik saham.
Maka disinilah terjadi hal biasa yang selalu membuat
penonton terharu biru dan mendadak heroik. Drama terzalimi memang adegan paling
gereget, malah diisukan bisa jadi trend untuk menaikkan elektabilitas. Tentara
kapitalis dengan senjatanya yang canggih nan pongah menyerang penduduk pandora
yang kepedean dengan tombak dan panahnya. Adegan makin seru ketika salah seorang avatar malah berbelot memihak pandora.
Jake Sully desertir yang gegar spiritual
Desertir itu tidak tiba-tiba hijrah. Disamping nyawanya
sudah dipindah ke dalam avatar berekor, dia juga mengalami gegar spiritual.
Bagaimana tidak, di duniannya segala hal terhubung dengan mekanisme yang jelas.
Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi
dari aktivitas materi. Sedangkan di pandora paham materialisme seperti itu
tidak perlu dipatahkan filsuf sekelas Epikuros atau Karl Marx. Masyarakat
pandora yang setengah telanjang dan masih berekor itu, sudah terhubung dengan seluruh makhluk
di pandora dengan perantaraan eywa yang agung dan ghoib tanpa harus menggunakan
internet. Sang desertir dengan wujud penduduk pandora, bukan hanya menyaksikan
bukti konektivitas itu, melainkan dia sendiri merasakan kehadiran eywa dalam
dirinya.
Jake Sully memohon bantuan eywa untuk menyelamatkan pandora. Tapi eywa tidak menerima permohonan untuk berpihak, dia
dzat yang maha adil. Itulah makanya ketika penduduk planet pandora sudah babak
belur dan hampir kalah melawan kaum materialistis dari planet bumi, barulah
eywa menjawab. Seluruh makhluk di pandora tiba-tiba seperti satu komando, satu
bahasa, mereka turut menyerbu membantu penduduk pandora untuk menghentikan
ketidakadilan, ketidakseimbangan akibat keserakahan pencarian nilai materi.
Film avatar 2 di balik bilik privasi
Avatar 1 film heroik dengan hayalan tumbuhan dan hewan yang unik. Kita mungkin
tidak sadar mengapa kita terhibur dengan film ini. Apakah oleh keanehan kehidupan
di planet pandora atau kreatifitas sineasnya? Atau ada sesuatu yang tidak
berbahasa namun kita sepakat dengan tema film itu. Bahwa kita bisa merasakan, kehidupan
tidak hanya realitas yang dibatasi
materi, tapi ada konektivitas besar antar makhluk dan terjaga dalam
keseimbangan.
Avatar 1 telah berhasil menjadi penghubung penduduk bumi
dengan masyarakat pandora. Menggeliatkan filosofi hidup dalam tontonan yang berbincang
mengenai kehidupan penuh gairah. Ketika film ini berhasil merauf pendapatan sekitar
Rp 40 triliun di bioskop, maka jelas sekian ribu orang dari berbagai bangsa
telah tergerak dengan gairah yang sama. Kabarnya
sekuel film avatar The Way of Water, meski
tetap box office, belum bisa mengejar pendapatan avatar1. Kalau itu benar,
mungkin avatar 2 tidak lagi memperbincangkan filosofi
hidup mendasar dari makhluk hidup. Avatar 2 sibuk mengurus keluarga yang
terjebak dendam dan memikirkan keunikan hidup di lautan pandora. Sehingga tidak
terkoneksi secara global, karena yang diperbincangkan di film avatar 2 biasanya
terkunci rapat di balik bilik privasi.
Ramah lingkungan dan industri hijau
Dalam kenyataannya penduduk bumi sedang tidak lengah. Energi ramah lingkungan bukan lagi hanya sekedar pembicaraan. Istilah ramah lingkungan dan industri hijau sedang berpacu. Dua isu yang
diramaikan oleh negara-negara yang selama ini kita anggap maju dan menjadi
polisi dunia. Apa lagi artinya semua itu,
selain manusia sedang mulai mengerti adanya konektivitas besar dengan seluruh
makhluk di planetnya. Bahkan dengan
seluruh alam semesta, dengan kesadaran agar bisa membangun kehidupan yang lebih
baik di masa datang.
Comments