Yang menarik dari puisi karya Chairil Anwar adalah kekuatan dari setiap kata yang dia tulis. Mungkin sebelum lahir haiku, sajak-sajak kecil ala jepang, Chairil Anwar telah menguasai kekuatan rasa yang bergelora hanya dengan mewakilkannya dalam sebuah kalimat pendek atau bahkan dalam sebuah kata. Puisi menjadi tidak berpanjang-panjang, tapi pendek dan sarat dengan interpretasi yang menajam. Bagaimana kalau Chairil Anwar tanpa rokok Penyair yang perokok berat ini seakan sudah menjangkau Indonesia modern saat dia harus hidup di masa pendudukan jepang lalu malang melintang di Indonesia yang baru merdeka. Dengan sebatang rokok di bibir dan alis tertaut, pandangannya tajam ke depan. Di kepalanya berbait-bait puisi siap melabrak segala belenggu untuk mengajak siapapun menjangkau kemerdekaan. Dia jelas ingin menekankan pentingnya sebuah kebebasan dalam menulis puisi yang di jamannya banyak sekali keterbatasan-keterbatasan. Waktu itu jagat puisi Indonesia sangat didominasi gaya
tulisan tentang hidup, ulasan berita, opini, film, cerita, dan puisi