Rambo veteran vietnam paling hebat. Abis ikut perang di vietnam jadi kekar bermata sayu. Pahlawan Amerika seangkatan sama superman yang masih pakai cawat merah.
Tapi sama ga enaknya kalau ditonton di zaman milenial dan gen z sekarang. Walau waktu itu filmnya laris manis sampai bersequel-sequel.
Latar cerita Jonh Wick
Begitulah asumsi pertama latar cerita film John Wick yang muncul di benak, saat beres nonton film John Wick 4.
Jonh Wick seperti perpaduan rambo dan superman. Peran pahlawan yang harus romantis. Tetap super dan kelimis, baik hati dan jarang ngomong. Hampir kehilangan selera humor namun humanis.
Hati-hati ketuker John wick dengan Neo dalam film The Matrix Resurections. Keanu Reeves dibiarkan gondrong dan bewokan. Ini jimat aji mumpung mantera yang sudah berkarat di dunia pesohor.
Kalau perlu sekalian antagonis bikin profil jahat, rumah tangga berantakan, atau drama terzalimi. Semuanya akting di short kamera, kalau perlu dimeral-meralkan. Maka abrakadabra sang aktor film mencelat lagi jadi bintang bersinar.
Jadi walau ga telanjang dada dan berotot, John Wick dan neo mirip rambo. Ga perlu bawa rombongan sekapal induk, cukup sendirian untuk melawan ratusan musuh. Cespleng mirip iklan obat puyeng.
Kebayang susahnya hero jenis binaragawan macem rambo, ditampilkan di depan generasi mobile legend. Generasi ML bisa pilih banyak hero di hp mereka. Asal mau aja tetap jadi kaum rebahan yang gesit bermain game seharian.
Generasi rela begadang demi maen game ini, mana demen sama badan berotot, cukup makan cukup tidur. Mending maen game sambil dandutan, begadang jangan begadang.
Lagian Ga ada lagi vietcong di Vietnam yang harus jadi bulan-bulanan pamer kekuatan. Apalagi tentara nazi dan jepang udah ga laku lagi jadi merk dagang super hero.
Jadi tampillah John Wick sebagai hero berdasi yang terbuang dan melawan kekuasaan goib yang entah bagaimana caranya bisa menguasai hajat hidup orang banyak.
High Table dalam John Wick
Kekuasaan akbar seperti itu tak akan ada yang berani menyebut namanya di dunia film. Bisa modar kehilangan modal.
Memang urusan film beda tipis dengan badut istana. Para penghibur tentu beda dengan seniman. Jadi kalau kreativitas seni ambruk jadi sekedar hiburan. Bukan bunda salah mengandung.
Karena seni dari dulu bukan serdadu. Tekan picu melesat tak ragu. Seniman ga punya senjata. Cuman mudah naik pitam kalau sekedar bereksfresi di jalanan. Mening jadi badut istana dapet beras langsung dari lumbungnya.
Kalo seniman sudah begitu, setali tiga uang, dikekang namun dapat uang. Masa-masa pingin banyak uang dengan film perang sudah ga trend. Mening ngobral perdamaian sambil terus ngobral film perang.
Begitulah syahwat kekuasaan, lebih jeli dari seniman yang kerap baperan. Karena memang genetisnya berkesenian mengharu-birukan perasaan. Maka jadilah dia penghibur an sich.
Kalau mau tengok teater jaman orba, kebanyakan mereka para pejuang. Para idealis yang rela compang camping demi memperjuangkan idealismenya.
Makanya jangan sebut mereka melacurkan diri ketika berkeliaran di film dan terbawa sinetron berjilid-jilid. Idealisme juga perlu makan. Keterlaluan pan ngejogrog di dunia gemerlap harus kelaparan.
Kalau jeritan rakyat yang tergencet kemudian jadi ide naskah drama, film, syair dan lagu para seniman. Itu sangat lumrah karena keluh kesah rakyat bukan tugas seniman menyampaikannya. Mereka bukan wakil rakyat.
Mereka penghibur dikala suka maupun duka. Makanya film india tetap eksis walau sering kita ledek, udah berdarah-darah kok masih sempet nyanyi.
Toh dengan kiat seperti itu film-film india makin gagah karena konsisten sebagai hiburan. Tidak beroposisi di jalanan. Karena hanya politisi yang suka beroposisi di jalanan. Mungkin karena kursi di belakang kurang empuk menggapai masa depan.
Seniman lebih punya martabat. Tapi film Jonh Wick juga manusia idealisme perlu makan. Masa hollywood harus ngata-ngatain bosnya. Jadi ya udah ganti ikon sama high table.
Tak berkutik, bro.
Apa itu High Table? Apa ada yang masih peduli? John Wick cukup romantis nan humanis. Diperankan Keanu Reeves yang malang melintang dalam trilogi film matrix, udah jaminan mutu.
Tinggal cari musuh yang sepadan, masa tentara vietkong, ntar yang nonton veteran mulu. Dandanilah musuhnya dengan busana ala milenial dan gen z. Harus keren dengan memaksimalkan tongkrongan.
Soal alat tempur harus mirip maen game sesuai hayalan, imajinatif. Mau dengan setelan jas anti peluru monggo. Ada bedil yang memuncratkan bunga api silahkan.
Yang jelas ada adegan tembak menembak jarak dekat di film John Wick, yang berasa seperti nonton game. Lumayan lama untuk disebut kebetulan.
Jadi memang selain tidak pamer peran berotot John Wick sedang mengejar penonton generasi ML.
John Wick
Makanya John Wick 4 sampai berdurasi 2 jam 49 menit. Untung ga begadang. Sayangnya John Wick ga nyanyi-nyanyi dulu, padahal jatuh bangun dan ditembaki.
Pake sound track lagu ratapan anak tiri atau apa kek. Pokoknya banyak lagu yang bisa menggambarkan kepedihan John Wick, terkait diasingkannya beliau oleh high table.
Bayangkan brow, harga kepalanya sampai 20 juta dolar. Pembunuh bayaran mana yang ga ngiler dengan hadiah sebesar itu.
Bukan apa-apa, biar kehawatiran penonton terobati. Ga terheran-heran. Kok bisa-bisanya film yang nyaris dar der dor terus itu membuat John Wick ga mati-mati.
Emang game kek gitu yang lagi digandrungi diera internet sekarang. Makanya tua muda rela seharian maen ML.
Ya, toh. Thoyib.
Comments