Duncan Macdougall juga cowok matre perayu ulung kaum religi sampai murtad. Percobaannya di rumah sakit mirip cerita novel karya Abdullah Harahap yang judulnya Penunggu Jenazah.
Teori jiwa berbobot
Penunggu jenazah hasratnya nyata ke tubuh jenazah, sedangkan Duncan MacDougall kelojotan cari info ukuran berat jiwa jenazah. Jadi mang Duncan yakin jiwa punya bobot.
Duncan bukan manusia ece-ece, eksperimennya yang dianggap rada gila bukan cari sensasi. Dia menerobos sesuatu yang mustahil bukan karena tidak ilmiah.
Tapi begitulah kalo ingin jadi manusia. Mikir. Emang ga keliatan jadi pengangguran. Tapi masa ga ingin beda sama makhluk yang ga mikir. Lalu mau dikasih makanan favorit dengan wadah pispot? Mikir.
Jangan mengecewakan tuhan. Dia sudah cukup kecewa sama iblis. Karena pernah paling jago nyembah tuhan, lantas kecewa karena tuhan meniupkan sebagian ruhnya dan menjelmakan manusia.
Iblis pinginnya tuhan tetap goib, ga usah merendahkan diri dengan menciptakan manusia dari tanah. Jadi dengan begitu kesucian tuhan tetap terjaga.
Memang ketololan iblis ini epidemi. Lu mau jadi apapun, kalo masih suka merendahkan yang lain, lu tetap tertular ketolololan iblis.
Kata kawan di warung kopi, iblis dilaknat bukan lantaran salah pilih presiden, tapi karena kesombongannya.
Alih-alih mensucikan tuhan malah merendahkan makhluk lain.
Btw apa bedanya iblis sama setan? Sabodo ah, podo wae. Toh kalo kedua makhluk ini ditolol-tololin juga ga dosa. Ga ada hukumnya merendahkan setan dan iblis termasuk kesombongan.
Memang Duncan ini asli musafir, ga mau diem, ga bisa dihentikan istilah agama dan filsafat kalo jiwa immaterial mencakup pikiran dan kepribadian: merasa, berpikir dan bertindak.
Jadi kalo begitu, menurut Duncan jiwa tentu punya bobot. Bisa dikilo seperti halnya bahan bangunan.
Dalam hal ini Duncan cowok matre langitan sama dengan Ki Astahiyam.
Eksperimen 21 gram
Coba kalau 1/4 aja penduduk negara berkembang laganya seperti Duncan, sudah sejak jaman firaun kemerdekaan dan perbudakan terhapus di atas dunia.
Duncan itu sudah dapet imunisasi hingga tak mempan ilmu goib. Lagian di zaman internet ini jangankan panci, paku, beling, traktor aja bisa dikirim.
Serba online, cuy. Dunia goib sudah dipakai bisnis, medsos, jualan online, webinar, sampai tipu-tipu. Semuanya goib dulu, begitu punya duit tinggal pesan. Niscaya dikirim.
Masih mau percaya ilmu hitam ngirim panci ke perut orang? Ga mudah orang dapet ilmu yang mirip mujizat seperti itu. Musa aja musti pontang panting dikejar tentara mesir sampai laut merah. Baru dia bisa membelah laut itu.
Apalagi ilmu setan, emang mudah dapet acc gusti Allah?
Yang diobral mah bukan ilmu gitu beneran. Tapi permainan sulap yang butuh penonton. UUP, ujung-ujungnya pulus.
Makanya jangan ngomong songong soal yang goib-goib di depan Duncan. Bisa dibawain timbangan.
Percaya ga dia sampai mau ngejogrog nungguin orang mau mati demi dapet data kalau jiwa itu punya bobot atau berat?
Emang hasrat dia jauh tanah ke langit dari si Penunggu Jenazah. Beragam pasen yang mau meninggal, dia tungguin di ranjang yang sudah dipasangin timbangan.
Ternyata rata-rata setiap pasen kehilangan bobotnya 21 gram setelah meninggal. Edun pan?
Jelas ada yang hilang, ada yang menguap ada yang pergi. Apakah kehilangan jiwa yang membuat bobot orang meninggal berkurang?
Atau jiwa hanya sebuah sebutan, seperti halnya sebutan setan, iblis dan malaikat. Sebutan sebagai bahan ghibah dan fitnah, atas ketidakberdayaan manusia memahami atau menguasai dirinya.
Apakah hewan memiliki jiwa?
Militansi Mr. MacDougall berlanjut. Beliau melakukan penelitian ulang. Kali ini bikin si Penunggu Jenazah kalah telak. MacDougall nungguin anjing sekarat.
Uniknya berat tubuh anjing sesudah dan sebelum mati itu tidak ada perbedaan. Bayangkan sampai 15 ekor anjing yang mati di ranjang timbangan itu, berat badannya sama seperti ketika anjing itu masih hidup.
Maka MacDougall menyimpulkan bahwa yang memiliki jiwa itu hanya manusia.
Nah lho. Klo jadi manusia, matinya bakalan pada dihisab. Meski MacDougall belum tahu jiwa yang pergi pada kemana, tapi dalam agama hanya yang memiliki jiwa yang bisa dihisab di akhirat. Sedangkan hewan tidak terkena hukum pembalasan ini.
Apakah timbangan MacDougall yang akan dipakai mengukur jiwa di akhirat? Karena walaupun diragukan penelitian ini masuk ke dalam dua jurnal ilmiah, Jurnal American medicine dan jurnal of America Society of psychology research.
Kedua jurnal itu ga memberi rincian kemana timbangan jiwa MacDougall yang sudah bikin heboh itu akan difaedahkan.
Kalau boleh usul, jual rongsok aja ke Indonesia, ga akan ada yang tertarik timbangan jiwa. Sedang trend takut mati.
Kesakralan dan Jiwa Manusia
Kabarnya Duncan sendiri bingung. Atau diem-diem ngaku, bahwa menyatukan agama dengan sains itu adalah sesuatu yang sangat sulit dan sangat rumit, karena secara epistemologis baik agama maupun sains itu ada di dua dimensi yang sangat berbeda.
Padahal selama ini masalah perbedaan itu jurignya. Bisa jadi istilah legendaris sebutan negara maju dan negara berkembang akan terus menjadi warisan dunia, kalau dua dimensi ini ga disatukan.
Negara maju negara yang berani membuktikan, tidak mendayu dayu baper urusan goib. Pan yang goib akhirnya disakralkan, dipake sugesti, bukan jadi ilmu yang mencerahkan dan menghasilkan penemuan-penemuan.
Malah kontra produktif menciptakan hidup dalam ketakutan yang tak masuk akal. Akhirnya jadi korban penipuan.
Itulah keinginan iblis soal kesucian. Membuat arti sakral lebih berkonotatif bengis dan menakutkan. Malah bertiwikrama jadi bahan baku kesombongan.
Konteks jiwa adalah istilah yang dikeluarkan oleh para agamawan dan muncul dalam agama-agama di dunia sehingga tidak mudah untuk sains bisa mendefinisikannya.
Whadooh, harusnya bisa dan mudah. Perasaan tuhan slalu wanti-wanti, kalau hidup mesti jujur dan seadanya. Dia ga demen kan sama perbuatan yang berlebihan?
Kurang jujur apa coba, ketika dia bilang aku akan menciptakan langit dan bumi? Pan iya tercipta. Jadi kalau kemudian ada istilah yang tidak sama antara agama dan sains kan aneh.
Kok jadi rumit dan berlebihan yach?
Menurut Ki Rata tulisan itu, bitu tina lisan alias meletus dari lisan.
Bukan dari pikiran?
Wallahu a'lam bishawab
Comments