Walau bagaimanapun ada yang lain dari keheningan malam. Mungkin malaikat tidak terlalu sibuk melayani manusia hingga dikala malam bekerja optimal mengantarkan petunjuk. Di malam hari syetan juga wara wiri mencuri kesempatan.
Di dua sisi yang berbeda kedua mahluk ini sama taatnya. Yang satu asek dalam kebenaran yang lain tenar dalam kesalahan. Kesempatan keduanya sama besar, karena tak punya media kecuali manusia.
Itu sebabnya keturunan adam ini diberi pilihan,
"Fa alhamaha fujuraha wa taqwaha", maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Jadi kita tetap harus memilih.
Tapi yang jelas malam selalu saja dipakai manusia untuk asek sembunyi. Dari keramaian, mengira tidak ada yang melihat dan merasakan, kepenatan, kebosanan, frustasi dan segala macam pernak-pernik perasaan yang menipu.
Atau ada juga yang memilih berduaan dengan Tuhan dalam kekhusuan tahajud.
Atau ada juga yang memilih berduaan dengan Tuhan dalam kekhusuan tahajud.
Tentu saja manusia bebas memilih walaupun tidak mudah memilih yang terbaik.
Malam hari siapa yang akan melarang kalau kita daulat jadi milik pribadi. Tuhan sebagai pemilik sah nya dianggap tidak ada. Bisikannya dalam diri kita begitu halus hingga sangat mudah tertutup oleh hingar bingar kepentingan nafsu yang sesaat.
Bila ini terjadi yang mengaku sebagai pemilik tentu yang sudah dikutuk Tuhan karena merebut haknya. Syetan jangan dikira hanya pandai korupsi tapi dia juga bisa merangkai puisi.
Berdebat dengan Tuhan saja dia pernah.
Terlelap Dalam Surga Yang Mengigau
Malam seperti bilik-bilik yang saling berbisik
Merekam semua kata yang tersisa
menjamah
merintih
mendesah
mengejar mangsa yang terkapar di sela-sela mimpi
meneguk lampu-lampu liar yang meliuk-liuk
Menerkam bidadari berlipstik yang
renyah dalam segala mata uang
lalu terlelap dalam surga yang mengigau
neraka bagai surga memangsa waktu,
tuntas sepenuh nafsu
24 Pebruari 2013
Comments