Cinta yang kita kenal mungkin saja teramat sederhana. Kalau disebut bodoh karena kita terlalu egois mendaulat kata ini menjadi hanya sebatas hubungan lawan jenis. Lalu kita obral sebagai dagangan nafsu.
Lalu cinta hanya seonggok istilah yang mudah diucapkan. Atau kita hanya dipermainkan permukaan laut yang kerap bergelora ketika badai datang saja. Tapi untuk menjadi nakoda yang lihay memang mesti terhempas dulu. Baru kemudian bisa mengukur kekuatan.
Mencoba menyelaminya, mencari tahu apa arti riak di permukaan membutuhkan jalan yang panjang. Kita akan terperosok dulu atau memilih tidak bangkit. Kita selalu saja terobsesi dengan tujuan dan tidak begitu hirau dengan proses yang harus kita jalani.
Mengapa kau menghitung cinta di atas jalan yang terjal,
hingga kau tak mampu merasakan angin dari beribu pucuk cemara?
Kaki yang sakit akan mereda saat kau tak memperhatikan lagi angka-angka
Tak perlu menepis air mata karena duka ada di setiap hasta
Mengapa kau menghitung cinta dari bintang-bintang ketika langit terang,
lalu kau melihat langit yang tak bertepi?
Mata hanyalah tipuan warna-warni saat kau melihat cahaya
Tak perlu menutup mata karena cinta telah lahir sebelum duka
Comments