Skip to main content

Posts

Cinta Dalam Sajadahmu

Maka selalu saja kita tertipu oleh rumitnya teori tentang tuhan. Padahal Dia sudah memproklamirkan dirinya lebih dekat dari urat nadi. Walaupun begitu Dia tetap memberikan kita pilihan. Pilihan yang membuat malaikat kecewa kepada kita karena kerap kali kita memilih jalan yang berdarah-darah. Kita seperti sebuah bandul yang diikat tali rahmat. Tali yang berpusat kepada Tuhan. Kadang kita bergerak ke kanan kadang kita bergerak ke kiri. Manakala kita bergerak terlalu ekstrim ke kiri, maka putuslah tali itu. Lalu  Dia penguasa yang memberi kebebasan hampir tak terbatas. Tuan yang ramah karena ketika kita melangkah mendekatinya, Dia akan berlari menyongsong kita. Ketika kita melayaninya maka dia akan melayani kita lebih dari pelayanan kita. Bahkan kalau kita sudah terbukti setia, kita mendapat kepercayaan untuk memegang beberapa kekuasaannya.   Bagi orang-orang terpilih ini kita mengenal kata mujizat. Mau  jadi pelayan tuan yang manalagi?  Tuan yang satu ini terlalu baik dan kay

Dari Mata Yang Kosong

Kematian selalu saja punya efek kesedihan. Biarpun itu sebuah kecelakaan atau pun malah sebuah kesengajaan. Kematian menjelma jadi kehilangan. Sebuah perasaan yang sulit diungkapkan. Campur aduk. Padahal itu dialami oleh semua orang. Namun mahluk berkakidua mampu kreatif  mengekspresikan perasaan itu. Dia menggagas mengirim bunga duka cita. Dia merangkai kata kenangan yang asek didengarkan. Atau dia membuat metafora dengan puisi. Kematian menjadi sarana silaturahmi. Yang jelas tiba-tiba saja kita berada dilangit yang sama dan ingat dengan yang maha kuasa. Apakah karena tragedi yang membuat kita sadar akan adanya kekuasaan hebat tak terduga?  Pertanyaan yang selalu tak terjawab atau seiring waktu terlupakan. Dari Mata Yang Kosong Wajah-wajah itu terpendam dalam langitnya yang bercahaya, membentuk butiran-butiran bening mengalir bersama air gunung Mereka bersayap seperti malaikat beterbangan di surga berloncatan di antara bintang Ow mengapa mataku basah

Setiap potong senyummu

Mencintai sudah dipastikan merindui. Bahkan memberikan inspirasi. Tiada henti. Kata-kata bisa berulah menjadi rayuan gombal. Sebenarnya tak perlu menyerempet bahaya menjadi kebutaan nafsu dan emosi yang terbukti sering kandas. Dia hadir hampir seperti mujizat.  Bukankah kita sedang diajari bagaimana bercinta dengan baik?  Kau tahu aku  sendiri dengan gerbong tua yang patah-patah Lalu serpihannnya ku bungkus dengan selendang Kusematkan pada bulan Maka setiap  purnama kulihat engkau disana masih menaburkan kunang-kunang yang menyinari setiap potong seyummu Tapi dalam selendang itu gerbongku tetap  patah-patah

Merpati

Berapa banyak puisi atau lagu yang menyebut merpati? Tak terhitung. Yang pasti tidak menggambarkan keganasan atau kerusakan. Dan banyak juga dipakai sebagai lambang di logo-logo. Merpati burung yang sukses hidup di seluruh bagian dunia kecuali di antartika. Masuk di Indonesia lewat madura 100 tahun yang lalu.  Merpati burung yang sangat setia terhadap pasangannya. Lambang perdamaian dan kebebasan. Di abad pertengahan merpati merupakan simbol prestise dan dihidangkan kepada tamu istimewa.  Sebelum telegaraf ditemukan teknologi komunikasi menggunakan efektifitas burung ini dalam mengirim kabar. Pada awal abad ke 8 dipakai Yunani untuk mengirim berita tentang juara olimpiade. Abad ke 12 Sultan Nur al-din dari Aleppo yang pertama menggunakan burung merpati untuk mengirim kabar. Lalu digunakan orang romawi untuk memberi informasi kepada pasukan militer. Yang menarik pada abad 44SM, Marcus  Junius Brutus  berhasil mempertahankan kota Modena dalam bahasa latin disebut  Mutina,

Mengapa Kau Menghitung Cinta

Cinta yang kita kenal mungkin saja teramat sederhana. Kalau disebut bodoh karena kita terlalu egois mendaulat kata ini menjadi hanya sebatas hubungan lawan jenis. Lalu kita obral sebagai dagangan nafsu. Lalu cinta hanya seonggok istilah yang mudah diucapkan. Atau kita hanya dipermainkan permukaan laut yang kerap bergelora ketika badai datang saja. Tapi untuk menjadi nakoda yang lihay memang mesti terhempas dulu. Baru kemudian bisa mengukur kekuatan. Mencoba menyelaminya, mencari tahu apa arti riak di permukaan membutuhkan jalan yang panjang. Kita akan terperosok dulu atau memilih tidak bangkit. Kita selalu saja terobsesi dengan tujuan dan tidak begitu hirau dengan proses yang harus kita jalani. Mengapa kau menghitung cinta di atas jalan yang terjal, hingga kau tak mampu merasakan angin dari beribu pucuk cemara? Kaki yang sakit akan mereda saat kau tak memperhatikan lagi angka-angka Tak perlu menepis air mata karena duka ada di setiap hasta Mengapa kau

Rindu Di Pucuk-pucuk Pohon

Ikhwal wanita memang dikejar dan diperebutkan. Ada juga yang memang sengaja mengobral pesonanya hanya untuk menjebak. Aneh juga banyak kaum adam yang terjebak. Dan jadi berkelakuan menggelikan bahkan tidak jarang siap berdarah-darah. Gundah dalam badai seperti itu bukan main kacaunya, tak lagi jelas rimdu atau dendam. Tapi bila cerdas bisa jadi potensi yang progresif.  Kemegahan alam semesta ini dibangun sepenuh cinta.  Rindu dan dendam telah menjadi variabelnya. Rindu Di Pucuk-pucuk Pohon Akhirnya rindu itu terjawab ketika kau menyapa, tapi selalu saja menyimpan tanya  Dimana gerangan kau simpan kupu-kupu di matamu itu?  Yang kerap menjebak rinduku  dilautan  di angin yang berdesau  bahkan kulihat di pucuk-pucuk pohon  aku tahu kau membiarkanku tak bisa menjangkau 31 Januari 2013

Katamu

Tak mudah menemukan cinta karena tak jarang yang pertama hadir justru benci. Padahal hanya bersebelahan. Selalu bisa membuat pintu untuk saling melihat. Paling tidak pasti ada lubang untuk mengintip. Hanya dipisahkan oleh dinding tipis anatomi tubuh yang rentan karena bisa menua. Atau ego yang membabi buta dan terlalu memaksakan diri untuk menutupinya. Kerapkali kita tak membaca tanda-tanda yang jelas dari gemulai alam semesta. Setiap hari memberi kepastian. Tiap waktu memberi kejelasan ada sesuatu yang kuat sedang menjaga hukum-hukumnya. Dalam air hujan bersama titik-titik air Kau jatuhkan cinta Dulu aku tak mengerti sampai kau menebarkan pelangi Aku punya banyak pensil gambar, katamu Kini aku melihat hujan penuh dengan titik warna-warni seperti pensil warna  yang tajam menusuk hatiku Itulah cinta , katamu